TIMESINDONESIA.CO.ID, BONDOWOSO (12/10/2016) | Kesatuan pemangku Hutan (KPH) Perhutani Bondowoso akan menggunakan pola tanam Manajemen Rezim, yaitu pola tanam garis-garis.
Pola ini akan diterapkan di areal hutan yang ada di Kecamatan Sempol.
Hal itu dikatakan oleh Administratur (Adm) KPH Perhutani Bondowoso, Adi Winarno usai membuka acara Jurnalist Trip To Forest, yang digelar oleh Komunitas Jurnalist Peduli Lingkungan (KJPL) di Foresta Pasir Putih Situbondo, Selasa (11/10/2016) malam.
“Dalam jangka 5 tahun, lahan seluas 800 hektare yang sebelumnya sempat jadi lahan hortikultura ilegal, sejak akhir tahun ini akan kita tanami dengan luas 100 hektare. Modelnya nanti sepanjang seratus hektare kayu, disampingnya tanaman hortikultura, disampingnya kayu lagi, begitu seterusnya,” kata Adi.
Program ini sifatnya kerjasama dengan masyarakat dan akan dimulai November. “Nunggu curah hujan. Kalau hujan stabil langsung kita mulai penanaman,” tambahnya.
Dikatakan Adi, hal tersebut dilakukan untuk mengembalikan fungsi hutan namun tidak menghapus kultur masyarakat yang sejak lama bercocok tanam kubis dan kentang.
“Ya, namanya hutan, fungsinya harus kita kembalikan menjadi hutan. Minimal hutannya 60-70 persen. Jadi, kami berbagi ruang, peran juga berbagi hasil dengan masyarakat,” tegasnya.
Pihaknya mengatakan, jika hutan tidak berfungsi sebagaimana mestinya, khawatir Yang Maha Kuasa akan murka. Karena daerah Sempol ini merupakan daerah yang memiliki kontur tanah yang mudah patah.
“Intinya, kita mau diseimbangkan oleh alam, ataukah kita menyeimbangkan diri. Lebih baik kan kita berikhtiar sebelum terjadi hal yang tidak kita inginkan bersama,” tandasnya.
Selain itu, lanjut Adi, juga untuk menginventarisasi sumber mata air yang ada agar kebutuhan air bersih dapat selalu terpenuhi. Sekadar diketahui, sebanyak empat puluh sumber mata air terdata oleh KPH Perhutani Bondowoso. (*)
Tanggal : 12 Oktober 2016
Sumber : timesindonesia.co.id