TRIBUNNEWS.COM (08/06/2025) | Libur Lebaran Iduladha 2025 banyak dimanfaatkan warga untuk berwisata ke alam terbuka, salah satu destinasi yang ramai dikunjungi adalah Leuwi Pamipiran, yang berada di kawasan Perhutani, Dusun Sukawening, Desa Tanjungsari, Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis.

Kawasan ini menyuguhkan keindahan alam yang masih terjaga. Air sungainya tetap jernih dan steril, menjadi daya tarik utama bagi para pengunjung.

Rudiana, petugas pendamping dari Perhutani Ciamis, mengatakan bahwa Leuwi Pamipiran tak hanya menawarkan keindahan alam, namun juga memiliki nuansa religi.

“Alhamdulillah, alamnya masih alami. Airnya sangat jernih. Lokasi ini sekitar 16 km dari pusat Kota Ciamis di mana Saat ini baru bisa diakses oleh kendaraan roda dua,” ujar Rudiana saat ditemui di Leuwi Pamipiran, Sabtu (7/6/2025).

Tak jauh dari lokasi, sekitar 1 km, terdapat situs budaya Eyang Tanjungsari, yang diyakini memiliki kaitan dengan asal-usul Desa Tanjungsari.

“Kawasan ini sudah dieksplor sejak sebelum pandemi Covid-19. Sekarang dikelola melalui kerja sama antara kelompok pengelola dan Perhutani, dengan MoU yang mulai berlaku sejak April 2024. Alhamdulillah, sampai sekarang masih stabil dan eksis,” jelas Rudiana.

Untuk menikmati wisata ini, pengunjung cukup membayar tiket masuk sebesar Rp5.000 per orang, dengan biaya parkir roda dua Rp3.000.

Fasilitas yang tersedia di antaranya musala, toilet, warung makan, ruang ganti, dan akses jalan yang terus dibenahi.

“Parkiran bisa menampung maksimal sekitar 150 motor. Saat ramai, pengunjung bisa mencapai lebih dari 300 orang dalam satu hari,” katanya.

Rata-rata kunjungan di hari biasa mencapai 50 orang per hari, sementara di akhir pekan atau waktu libur bisa meningkat hingga 150 orang.

Saat libur Lebaran seperti saat ini, jumlah pengunjung stabil di angka sekitar 150 orang per hari.

Dengan pesona air jernih yang masih alami, serta suasana hutan yang asri, konon air di Leuwi Pamipiran juga dapat menyembuhkan beberapa macam penyakit.

Sementara itu, menurut Muslihudin, selaku ketua kelompok pengelola objek wisata Leuwi Pamipiran, selain menjadi objek wisata, Leuwi Pamipiran ini bisa dijadikan sebagai tempat berenang kemudian ada juga fungsi terapi.

“Seperti misalkan orang-orang yang pegal-pegal atau gatal-gatal, alhamdulillah bisa jadi obat, ini airnya asli dari Gunung Sawal belum terkontaminasi. Jadi bukan sekedar berenang tapi bisa juga buat terapi,” katanya.

Muslihudin juga menyebut keberadaan objek wisata Leuwi Pamipiran tidak hanya menghidupkan ekonomi, tetapi juga dapat meringankan beban masyarakat.

“Yang saat itu jika membawa hasil panen berupa padi harus dipikul, namun setelah ada objek wisata ini, para petani bisa membawa padi tersebut memakai motor karena sudah ada akses jalan yang dibangun,” tambahnya.

Salah satu pengunjung, Haifa (25), warga Ciamis yang merantau ke Jakarta, mengaku baru pertama kali datang ke Leuwi Pamipiran setelah mendapat rekomendasi dari adiknya.

“Airnya masih jernih, tempatnya terawat. Manajemen warung-warung di sini juga sudah cukup bagus. Mungkin yang perlu diperbaiki adalah akses jalan masuk yang kurang bagus. Kalau itu dibenahi, pengunjung pasti makin nyaman,” ujar Haifa.

Ia mengaku senang dengan wisata alam seperti ini. Selain menikmati keindahan sungai, ia juga sempat berenang, berfoto, dan mencicipi makanan yang dijual di sekitar lokasi.

“Saya lihat di media sosial, tempat ini cukup sering jadi trending. Ternyata memang bagus. Sangat direkomendasikan bagi yang suka wisata alam,” katanya.

Dengan terus meningkatnya minat pengunjung, diharapkan Leuwi Pamipiran dapat dikelola secara berkelanjutan agar kelestarian alam tetap terjaga, sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Sumber : tribunnews.com