BERITACIANJUR.COM – Untuk sampai ke curug yang masih dikategorikan perawan ini, pengunjung dapat menempuh perjalanan sekitar 60-70 km dari pusat kota atau sekitar 3 jam perjalanan. Akses jalan untuk sampai ke lokasi, cukup menyulitkan. Selain kondisi jalan yang rusak, jalan menuju lokasi banyak tikungan tajam, sehingga membahayakan, jika tidak hati-hati.

Pesona Curug Citambur sudah bisa dilihat sebelum mencapai lokasi. Bahkan, sejumlah air terjun di lokasi lainnya pun bisa terlihat jelas, seolah pemandangan ini menjadi bonus saat akan mengunjungi Curug Citambur.

Curug Citambur memiliki tinggi sekitar 100 meter. Curug Citambur letaknya berada di kawasan hutan Perhutani dengan luas 6,13 hektar, ketinggian tebing 1.400 meter dpl (di bawah permukaan laut) serta untuk jaringan sungai bersumber air dari kawasan hutan blok Hanjawar menuju Curug Citambur dan bermuara di Sungai Cibuni.

Keberadaan Curug Citambur sudah ada semenjak 1999 silam, yang memang berada di kawasan hutan lindung dengan curah hujan 1.000 sampai 1.500 mm per tahun dan debit air 2,00 sampai 3,00 meter kubik per detik.

Panorama yang disuguhkan di lokasi masih alami, membuat keindahan yang ditampilkannya belum ada yang berubah. Ketika pengunjung datang saat pagi hari bisa berkesempatan untuk melihat indahnya pelangi lebih dekat dan ketika curah hujan tinggi, pengunjung bisa melihat Curug Cimaya yang berada tidak jauh dari lokasi Curug Citambur.

Kepala Bagian Urusan Pengembangan Hutan Masyarakat dan Pengembangan Koprasi Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur, Uu Wahyudin menuturkan, dengan potensi yang dimiliki Curug Citambur pihaknya mencoba mengembangkan lokasi tersebut tepatnya pada Juli 2014 dengan dijadikan sebagai objek wisata, meski belum diberdayakan secara optimal. Adapun penataannya dikoordinir oleh LMDH Tirta Jaya bersama masyarakat setempat.

“Setidaknya hal itu bisa membantu mensejahterakan penduduk di sini dari lilitan perekonomian yang dihadapi mereka,” ucapnya. Karenanya, untuk pengunjung yang datang ke lokasi sekarang ini dikenakan tarif.

“Parkir roda dua Rp 2.000, parkir roda empat Rp 5 ribu per unitnya. Tiket masuk per orang Rp 5 ribu. Penarikan tarif ini untuk perawatan wana wisata, selain itu, kita juga tengah mengupayakan untuk pengembangan curug, dengan membuka pemancingan di Rawa Soro, yang letaknya di depan curug. Kemudian lokasi camping dan membuka jalur trekking ke puncak air terjun,” jelasnya.

Bahkan disebutkannya, saat ini pihaknya juga membuka paket wisata untuk pengunjung yang datang dari jauh. “Fasilitas yang tersedia saat ini ada MCK, mushola, warung, penginapan dengan tarif Rp 150 ribu per malam dan tempat parkir,” ucapnya.

Untuk memaksimalkan pengelolaan Curug Citambur, pihaknya juga mensosialisasikan keberadaannya melalui pamflet dan media sosial. Tujuannya juga tak lain menarik minat masyarakat luas untuk berkunjung.

“Hasilnya sudah terbukti, dengan banyak wisatawan dari daerah lain yang berkunjung dan kebanyakan mereka yang datang ditanya darimana mengetahui lokasi ini mereka menjawabnya dari google. Karena memang daerahnya perbatasan dengan Ciwidey, Kabupaten Bandung, kebanyakan pengunjung yang datang melewati rute tersebut,” paparnya.

Saat disinggung mengenai peranan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, ia menuturkan belum ada peranan dinas dalam pengelolaan objek wisata tersebut sampai saat ini. Adapun usaha yang dilakukan pihaknya baru-baru ini sudah mengajukan kerjasama dalam pengelolaan wisata curug agar semakin berpotensi.

“Sejauh ini, pengelolaan murni dilakukan oleh perhutani belum ada campur tangan dari dinas. Maupun ada tinjauan dari dinas ke sini. Tapi kami baru mengajukan adanya potensi ini pada dinas,” jelasnya.

Rencana pengembangan lainnya juga disampaikan perhutani, yakni dengan mengembangkan wisata air lainnya, yakni Curug Ngebul dan curug lainnya.

“Objek sudah ada tapi pengembangan belum ada. Kami berharap bertolak dari keberhasilan wisata ini dulu semoga semuanya bisa berjalan juga,” harapnya.

Sementara itu, Pengelola Curug Citambur Yuceu menjelaskan, sejauh ini kunjungan memang masih didominasi oleh wisatawan lokal dibandingkan wisatawan luar daerah. Banyaknya pengunjung yang datang itu akan terlihat saat memasuki libur akhir pekan, libur nasional atau libur hari besar.

“Iya kalau hari biasa paling tiga hingga 10 motor kalau mobil paling dua atau tiga diperkirakan ada sekitar 50 pengunjung. Tapi kalau di hari libur itu akan lebih meningkat, motor saja bisa sampai 20 unit motor bahkan lebih, mobil pun sama sehingga jika dihitung orang lebih dari 50 orang yang datang,” ujarnya.

Uce menambahkan, kebanyakan pengunjung yang datang selain menikmati keindahan air terjun, juga memilih trekking ke atas puncak air terjun dengan tanjakannya dikenal dengan tanjakan salawe karena memiliki 25 tikungan.

“Di atas puncak pengunjung bisa melihat hamparan kebun teh, hamparan daerah terdekat dari Pasirkuda seperti Pagelaran, Tanggeung dan daerah lainnya dan bisa menikmati keindahan air terjun dari atas,” tandasnya.

Tanggal : 26 April 2016

Sumber : beritacianjur.com