MENUJU ke bisnis nonkayu, Perhutani telah memasuki tahapan hilirisasi. Produk hutan yang dihasilkan diolah terlebih dahulu agar memiliki nilai tambah yang cukup tinggi. dari sisi peciptaan lapangan kerja, penguasaan teknologi, maupun keuntungan.
Direktur Utama Perhutani Bambang Sukmananto menguraikan, Perhutani getol menanam pohon pinus bocor getah. Tujuannya bukan menyasar kayunya, namun mendapatkan getahnya untuk mengembangkan forest chemical product berupa gondorukem dan terpentin minyak kayu putih. dan seedlac.
Produk gondorukem dan terpenin merupakan hasil destilasi getah pinus yang berkualitas tinggi. Minyak terpentin yang berwarna transparan putih adalah pelarut yang kuat. Merupakan bahan bakau pelarut cat. bahan baku parfum, desinfektan. dan campuran kimia lainnya “Selain forest chemical product, untuk menggenjot pendapatan nonkayu, Perhutani juga akan mengembangkan forest food & health product seperti madu dan air minum dalam kemasan.” katanya Selain itu, Perhutani juga akan memproduksi produk pendukung kesehatan lainnya seperti kopi, cengkeh, area jagung, empon-empon. dan bahan pangan lainnya bekerja sama dengan masyarakat desa hutan melalui program pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM).
Perhutani juga mulai serius pengembangan ecotrourisme & land scape beauty, forest seed product, forest training and development.forest clean energy product.flora & fauna forestry products dan com mercial zone product.
Direktur lndustri Kayu dan Nonkayu Perhutani Heru Siswanto mengatakan, saat ini gondorukem dan terpentum telah mendominasi hingga hampir 91 persen penghasilan Perhutani yang didapat dari industri nonkayu. Padahal belum semua seluruh potensi produk getah pinus yang diolah menjadi gondorukem dan terpentin itu.
“Kita punya 8 pabrik pengolahan dan terpentin dengan kapasitas sekitar 120 ribu ton, namun selama ini kita baru bisa memasak 92 ribu95 ribu ton. Baru pada 2011 kita bisa menyentuh angka 100 ribu ton. Artinya masih ada 20 ribu ton getah yang harus kita masak,” papar dia.
Selain pabrik-pabrlk tersebut, ada 122 titik lokasi wisata yang tersebar di seluruh wilayah kerja Perhutani. lndustri wisata ini menjanjikan prospek yang cerah dan kini optimalisasi wahana wisata menjadi salah satu program manajemen.
Bambang mengatakan. bila upaya hilirisasi baik sektor kayu dan nonkayu tersebut berjalan sesuai citacita, bukan tidak mungkin kinerja operasional, finansial, dan investasi dalam 5 tahun ke depan akan bisa 2 kali lipat. “Jika tahun ini targetnya Rp 3,8 triliun. maka lima tahun ke depan bisa menjadi Rp 78 triliun.” sebutnya.
Kuncinya. imbuh dia, sebagaimana disampaikan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan; Perhutani harus meningkatkan sumberdaya manusia (SDM), khususnya di bidang bisnis. dengan luas lahan yang dikelola Perhutani 2,4 juta hektare tentu akan menjadi peluang bisnis yang sangat menjanjikan bila dikelola oleh SDM yang profesional. (lum)
Diharap tidak jadi beban sektor kayu
Program revialisasi industri yang tengah di jalankan perhutani bukan langkah mudah. Sebab, perhutani selama ini biasa bergelut dengan tanaman keras yang periodisasinya jangka panjang. Hal itu sangat bertolak belakang dengan kultur industri hilir yang sangat cepat dan dinamis. Kultur yang berbeda menuntun pendekatan dan gaya kerja yang berbeda.
“Disatu sisi industri hulu dengan tanaman keras yang sangat berbeda karena merupakan tanaman jangka panjang dengan industri hilir di sisi lain yang sangat-sangat berbeda perilakunya. Industri itu harus cepat, nonstop, dan perfect.” Kata MENTRI BUMN Dahlan Iskan.
Maka, disitulah menurut dahlan dibutuhkan manusia-manusia industri, sementara di pengelolaan tanaman itu di butuhkan manusia ahli tanaman. “Dan itu sangat berbeda. Saya tidak tahu bagaimana manajemen Perhutani bisa mengatasi bentrokan kultur ini. Tentu saja bukan tidak bisa. Pasti bisa! Tetapi diperlukan effort yang luar biasa dan diperlukan juga pembedaan (perlakuan) yang sangat luar biasa,” tuturnya.
Menanggapi itu. Direktur Keuangan Perhutani Morgan Syarif Lumban Bam mengatakan. adanya perbedaan itu perlu disikapi dengan kehati-hatian dalam pengajuan pinjaman tekait hitung untung ruginya dan kepastian pengembalian modal nya akan menjadi stimulus untuk meningkatkan aset perusahaan.
“Misalnya investasi kayu yang hasilnya baru dirasakan sekitar 30tahun ke depan. Padahal belum tentu tanaman itu berhasil. sekarang perhutani sudah terlanjur besar SDM (Sumber daya manusia) dalam jumlah banyak yang harus digaji. Kalau hanya mengandalkan pendapatan kayu, maka akan tertinggal dan harapan menjadi perusahaan ekselen tidak akan tercapai,” ujarnya.
Dia menambahkan. sektor nonkayu diharapkan tidak menjadi beban dari sektor kayu. Maksudnya, pendapatan dari sektor nonkayu harus bisa menutup segala macam biaya yang ditimbulkan dari direktorat-direktonit yang terlibat menangani proses produksi produk-produk nonkayu.
Untuk itu, harus ada kejelasan jika akan melakukan aktivitas produksi dan perdagangan produk-produk nonkayu. terkait dengan untung ruginya. “Manajemen harus proaktif dalam pengambilan keputusan di bidang keuangan, misalnya penentuan harga produk dan lain-lain,” jelasnya (lum)
Butuh Ahli Bisnis
Misi yang diemban perhutani sangat besar dengan tantangan yang juga tak kalah besar. Misi itu diantaranya profit people, dan planet. Profit karena sebagai perusahaan harus mendatangkan laba, sedangkan people, sebagai badan usaha milik negara juga mengemban amanat untuk mengembangkan kehidupan rakyat. Dan planet, karena sebagai perusahaan di bidang kehutanan, mesti mengemban misi menyelamatkan lingkungan.
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menjelaskan. kondisi dunia terus berubah tentu memberikan lantan gaii yang berbeda pula bagi BUMN kehutanan vang mengelola kawasan lebih dari 2A juta hektare di Pulau Jawa dan Madura ini dalam menjalankan misinya itu. Maka, tegas dia. Perhutani harus memiliki ahli-ahli hutan dan lingkungan hidup di antara sumber daya mansia (SDM) yang dimiliki.
“Ahli-ahli hutan dan lingkungan itu perlu. Tetapi yang tidak kalah penting karena Perhutani ini perusahaan bisnis harus ada profit, perlu juga pengembangan people atau rakyat. dan faktor penyelamatan lingkungan. Oleh karena itu, akan ada tantangan yang tidak mudah, maka saya berharap perhutani juga punya ahli-ahli bisnis,” Kata Zulkifli.
Zulkifli juga menekankan dalam pengembangan pengelolaan hutan mesti melakukan banyak inovasi. Tuntutan kebutuhan masyarakat membuat pengelolaan hutan saat ini tak cukup hanya tanam pohon, lalu dipotong dan dijual seperti lazimnya dilakukan zaman dahulu
Pasalnya, kebutuhan masyarakat menuntut produk yang lebih dari sekadar kayu gelondongan. Dan itu juga memberikan peluang untuk meningkatkan nilai tambah dari produk-produk yang dihasilkan Perhutani selama ini.
Potensi-potensi besar yang dimiliki itu harus digarap serius dan profesional. “Itu (ahli-ahli bisnis) yang saya lihat masih kurang di Perhutani. Entrepreneur-etitrepreneur yang andal, yang memiliki jaringan luas baik lokal maupun internasional, yang mampu mengelola pasar, ahli perdagangan. ahli manajemen, yang ahli finansial, dan seterusnya. Jangan ahli hutan semua. Kalau semua ahli hutan nanti bagaimana kalau yang ahli bisnisnya nggak ada. Harus seimbang,’’ urainya.
Jika Perhutani tak memiliki ahli bisnis, dia menyarankan agar mengambil dari tempat lain. Hal itu lazim dilakukan dalam dunia profesional. Bila tidak, tenaga-tenaga muda perusahaan disekolahkan kembali fokus pada keahlian bisnis.
(Lum)
Sumber : Indopos, Halaman 4
Tanggal : 15 Agustus 2013