SURAKARTA, PERHUTANI (19/05/2025) | Indonesia dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, namun juga sebagai salah satu yang paling rentan terhadap kebakaran hutan dan lahan. Di tengah kompleksitas tersebut, muncul gerakan-gerakan akar rumput yang patut diapresiasi, seperti Masyarakat Peduli Api (MPA) Argo Mulyo di Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK), Cabang Dinas Kehutanan (CDK) Wilayah XI melaksanakan Verifikasi Lapangan untuk Penghargaan Wana Lestari Tingkat Provinsi, kategori MPA pada Jumat (16/05). Kegiatan ini merupakan bentuk pengakuan terhadap peran serta masyarakat dalam pencegahan kebakaran hutan serta pengelolaan hutan berbasis partisipasi. Lokasi verifikasi berada di Lingkungan Ploso, rumah Bapak Tukiran tokoh lokal dan juga Ketua MPA Argo Mulyo yang menjadi simbol semangat kolektif dalam menjaga hutan sebagai warisan ekologis dan sumber kehidupan.

Dalam kesempatan tersebut, Administratur Perhutani KPH Surakarta melalui Kepala BKPH Purwantoro, Philip Simson Halomoan Hutauruk, menyampaikan apresiasi tinggi atas konsistensi dan integritas MPA Argo Mulyo.

“MPA bukan sekadar komunitas, melainkan garda terdepan dalam mitigasi bencana ekologi. Wilayah ini memiliki masyarakat yang sangat mengerti akan arti dari keseimbangan ekosistem, sehingga gangguan keamanan hutan (Gukamhut) seperti kebakaran bisa kami antisipasi dan tindaklajuti dengan cepat dan sigap,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa keberhasilan ini adalah hasil dari sinergi antara masyarakat, pemerintah desa, aparat keamanan, dan Perhutani. Model kerja kolaboratif ini menjadi bukti bahwa pengelolaan hutan berbasis masyarakat mampu menjawab tantangan iklim dan sosial secara simultan. Perhutani juga berkomitmen menyediakan dukungan teknis, peralatan, pelatihan, serta akses terhadap program-program kehutanan sosial sebagai upaya pemberdayaan yang berkelanjutan.

Kepala Cabang Dinas Kehutanan Wilayah XI, Adrianus Pandie, dalam sambutannya menegaskan bahwa kegiatan verifikasi ini bukan hanya penilaian administratif, tetapi juga proses pembelajaran dan validasi terhadap praktik-praktik lapangan yang inspiratif.

“MPA Argo Mulyo telah menunjukkan bahwa budaya siaga api bisa ditanamkan sebagai nilai sosial, bukan sekadar instruksi teknis. Mereka merawat hutan bukan karena diperintah, tetapi karena mencintainya,” katanya dengan penuh keyakinan.

Ia menambahkan bahwa CDK Wilayah XI akan menjadikan hasil verifikasi ini sebagai dasar untuk mengembangkan klaster-klaster MPA baru di daerah lain. Dengan metode pelatihan partisipatif dan penyusunan sistem peringatan dini berbasis lokal, Kismantoro bisa menjadi contoh replikasi nasional dalam pengelolaan risiko kebakaran.

Kegiatan verifikasi lapangan ini merupakan momentum penting untuk mengangkat peran masyarakat dalam konservasi dan ketahanan iklim. Dalam lanskap kebijakan lingkungan yang sering terpusat, inisiatif seperti MPA Argo Mulyo menawarkan paradigma baru: desentralisasi peran, penguatan komunitas, dan pembelajaran lintas sektor.

Harapannya, penghargaan Wana Lestari bukan menjadi akhir dari perjuangan, melainkan awal dari penyebaran semangat lestari di desa-desa lain. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, melalui CDK dan mitra strategisnya, diharapkan terus memperkuat pendampingan, insentif ekologis, serta mekanisme pemantauan partisipatif. Sebab hanya dengan menyatukan cinta terhadap alam dan komitmen kolektif, kita dapat memastikan api yang menyala bukan membakar, tapi menerangi jalan menuju keberlanjutan ekosistem hayati yang lestari. (Kom-PHT/Ska/Mar)

Editor: Tri

Copyright © 2025