RADARBANYUMAS.CO.ID, BANYUMAS (26/8/2016) | Desa Sadahayu dianugrahi berkah melimpah dengan adanya lima curug. Kelimanya itu adalah Curug Manik, Batu Manik, Cinagara dan Begug serta Tonjong, yang kesemuanya berada di pedalaman hutan Perhutani atau hutan lindung. Dan Cinagara, sempat digadang-gadang untuk bisa dikembangkan menjadi obyek wisata.

Keunggulannya dibandingkan curug lain karena adanya aliran air yang masuk ke bawah bebatuan. Keunikan ini bisa dilihat jika menyusuri curug dari atas hingga bawah. Setengah perjalanan, air tidak terlihat karena berada dibawah batu, seolah menyembunyikannya dalam misteri yang belum terungkap. “Ada aliran air dibawah batu,” ujar Edi Junaedi.

Untuk bisa menuju curug ini, memang dibutuhkan perjuangan luar biasa. Pasalnya, pengunjung harus berjalan kaki melalui jalan setapak menembus hutan pinus. Juga ada rute memutar, tepat dipertigaan Jalan Sadahayu-Tembongraja dengan Sadahayu-Jambu. Dari sana, jalan lebih landai dan menyusuri hulu sungai Cijalu. Jika ingin lebih cepat, maka pilihan pertama adalah menyusuri sungai Cinagara. Hanya, rute ini sepertinya diperuntukan bagi pemilik jiwa petualang. Jalan lebih curam hingga membutuhkan tenaga ekstra saat kembali. Maka, tepat jika curug ini berada di tengah alam pegunungan dan masih sangat asri.

Bagaimana tidak, penduduk setempat masih jarang melaluinya. Mereka yang kesana hanyalah penyadap pinus. Belum lagi dengan tantangan lain berupa cuaca. Memasuki kawasan hutan pinus milik Perhutani, pengunjung sudah disambut udara dingin. Penyebabnya karena wilayah desa ini berada diketinggian kurang lebih 700 diatas permukaan laut (dpl). Dari jalan kecil ini, setelah 15 menit berjalan sudah bertemu dengan aliran sungai kecil.

“Kalau lewat rute ini lebih berat,” ujar Edi kembali. Namun, perjalanan ini bukan tanpa bonus sama sekali. Udara yang berhembus sepanjang jalan menuju curug masih sangat bersih. Bagi pecinta petualangan, rute ini sangat menantang karena keasrian alam. Salah satu buktinya adalah lumut yang tumbuh dihampir semua batu besar karena daerah tersebut sangat lembab. Ditambah lagi, posisi curug ternyata diapit oleh tebing batu cadas dan tinggi. Bonus terakhir ini bisa dinikmati jika sudah sampai ke dasar curug.

Didasar air terjun juga ada kolam atau yang biasa disebut dengan kedung oleh warga setempat. Air dipastikan sangat jernih karena melalui bebatuan dan tidak bersentuhan dengan tanah sama sekali. “Kondisinya masih sangat asri karena jarang didatangi orang,” ujar katanya. (*/ttg)

Tanggal : 26 Agustus 2016
Sumber : Radarbanyumas.co.id