201611070648307objek-wisata-banyumasJATENG.ANTARANEWS.COM (7/11/2016) | Wilayah Gunung Slamet yang meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, Jawa Tengah, memiliki panorama alam yang indah dan beberapa di antaranya telah dikembangkan sebagai destinasi wisata yang banyak dikunjungi pelancong.
Lokawisata Baturraden yang berada di lereng selatan Gunung Slamet dan masuk wilayah Kabupaten Banyumas, merupakan salah satu destinasi wisata yang telah lama berkembang dan banyak dikunjungi pelancong dari berbagai daerah.
Berdasarkan data Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, tingkat kunjungan wisatawan ke Lokawisata Baturraden dari tahun ke tahun cenderung meningkat sebesar 15 persen.
“Bahkan pada tahun 2014-2015, peningkatannya sudah 20 persen,” kata Kepala Bidang Pariwisata Dinporabudpar Banyumas Deskart Setyo Jatmiko.
Menurut dia, peningkatan kunjungan wisatawan tersebut seiring dengan kebijakan penerapan tiket terusan di Lokawisata Baturraden.
Dengan adanya tiket terusan, kata dia, wisatawan cukup mengeluarkan biaya Rp14.000 per orang untuk mengunjungi seluruh objek yang ada di Lokawisata Baturraden.
Sebelumnya, lanjut dia, setiap orang harus mengeluarkan biaya Rp40.000 untuk mengunjungi seluruh objek di Lokawisata Baturraden karena masing-masing objek dipungut tiket masuk.
“Kebijakan tiket terusan itu mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan ke Lokawisata Baturraden, terutama pada hari Sabtu dan Minggu bisa mencapai 5.000-10.000 orang.
Apalagi kalau jalan tembus yang menghubungkan Lokawisata Baturraden dengan Kebun Raya Baturraden sudah dibangun oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, kemungkinan akan semakin mendongkrak kunjungan wisatawan,” katanya.
Oleh karena itu, Dinporabudpar Banyumas berupaya menyiapkan berbagai langkah untuk mengantisipasi lonjakan kunjungan wisatawan ke Lokawisata Baturraden yang bisa berdampak pada kerusakan alam.
“Apalagi lebar muka Lokawisata Baturraden hanya sekitar 1 kilometer sehingga sangat sempit terutama saat terjadi lonjakan kunjungan wisatawan dan kami pun kesulitan menggelar kegiatan. Ditambah lagi dengan pedagang yang membeludak,” kata Jatmiko.
Menurut dia, salah satu upaya yang akan dilakukan Dinporabudpar Banyumas berupa pengembangan destinasi wisata lainnya di lereng selatan Gunung Slamet terutama sebelah barat Lokawisata Baturraden, yakni Kecamatan Kedungbanteng dan Karanglewas.
Dalam hal ini, di dua kecamatan tersebut banyak memiliki objek yang potensial dikembangkan sebagai destinasi wisata. Bahkan, beberapa di antaranya telah dikelola masyarakat meskipun belum maksimal.
“Salah satunya adalah, Oase Sungai Kerit yang banyak dikunjungi umat Katholik dari berbagai daerah. Selain itu ada Curug Gomblang, Tanggulasih, dan ‘Waterpark Batur Agung’,” katanya.
Jatmiko mengatakan pihaknya juga akan mengajak Pemerintah Kabupaten Purbalingga untuk menggarap potensi wisata di jalur Gua Lawa-Pratin-Baturraden yang saat ini kondisi jalannya dalam keadaan rusak.
“Itu untuk menyambut proyek jalan tol di pantura Jateng yang sedang dibangun. Kami ingin wilayah lereng Gunung Slamet sebelah timur hingga selatan menjadi sebuah kawasan wisata yang dikelola bersama, tidak sendiri-sendiri,” katanya.
Menurut dia, pihaknya akan segera membicarakan wacana pengembangan lereng selatan Gunung Slamet menjadi kawasan wisata itu dengan Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Dinbudparpora) Kabupaten Purbalingga termasuk Perusahaan Umum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Timur karena sejumlah akses jalan melalui kawasan hutan Perhutani.
Selain Dinporabudpar Banyumas, Perhutani KPH Banyumas Timur juga mengembangkan sejumlah destinasi wisata baru di lereng selatan Gunung Slamet dengan mengandeng Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) setempat.
Administrator Perum Perhutani KPH Banyumas Timur Wawan Triwibowo mengatakan beberapa destinasi wisata baru itu di antaranya Curug Gomblang dan Curug Jenggala.
“Kami telah melengkapi dua destinasi wisata tersebut dengan ‘selfie deck’ yang dapat dimanfaatkan pengunjung untuk berswafoto. Hingga saat ini, kunjungan wisatawan ke destinasi wisata tersebut cenderung meningkat,” katanya.
Ia mengatakan Curug Jenggala yang baru dibuka untuk kegiatan kepariwisataan merupakan bagian dari pengembangan Kawasan Wisata Kalipagu yang dilakukan Perum Pehutani KPH Banyumas Timur.
Menurut dia, di Kawasan Wisata Kalipagu ke depan akan ada beberapa objek yang rencananya akan dikembangkan, yakni Curug Jenggala, Curug Penganten, dan Situs Batu Lumpang.
“Dalam pengembangan wisata ini, Perum Perhutani berharap dapat membantu membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Oleh karena dari pendapatan tiket tersebut, ‘sharing’ pendapatan ke LMDH mencapai 60 persen dan untuk Perum Perhutani hanya 40 persen,” katanya.
Terkait wacana pengembangan lereng selatan Gunung Slamet menjadi sebuah kawasan wisata, dia mengatakan pihaknya menyambut baik dan mendukung rencana tersebut.
“Kami sangat mendukung dan siap berdialog dengan Pemerintah Kabupaten Banyumas maupun Purbalingga untuk membicarakan wacana tersebut lebih lanjut,” katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pariwisata Dinbudparpora Kabupaten Purbalingga Prayitno menyambut baik wacana pengembangan lereng selatan Gunung Slamet menjadi sebuah kawasan wisata.
Bahkan, kata dia, Pemerintah Kabupaten Purbalingga telah berulang kali mengajukan dukungan infrastruktur jalan penghubung Desa Wisata Serang-Baturraden kepada Gubernur Jawa Tengah.
“Kemarin, dalam pertemuan di Semarang, salah satu agenda yang dibicarakan adalah pembukaan jalur dari Baturraden ke Serang dan Gua Lawa,” katanya.
Menurut dia, rencana pengembangan kawasan wisata lereng selatan Gunung Slamet termasuk Gua Lawa yang berada di lereng timur merupakan wacana yang menarik seiring dengan pembangunan jalan tol di pantura Jateng.
Dengan demikian, wisatawan dari arah Jakarta dan Semarang akan lebih mudah menjangkau Baturraden dengan melalui jalur Gua Lawa-Serang-Baturraden.
Selain itu, desa wisata yang ada di lereng selatan Gunung Slamet akan semakin dikenal sehingga berdampak positif dalam pengembangannya.
“Desa-desa wisata di lereng selatan Gunung Slamet yang masuk wilayah Purbalingga menawarkan wisata alam, agrowisata, dan budaya. Bahkan, di Binangun dalam waktu dekat akan ada resor yang dilengkapi wahana berkuda,” katanya.
Kendati demikian, dia mengatakan pihaknya masih menunggu pembahasan lebih lanjut terkait wacana pengembangan lereng selatan Gunung Slamet menjadi kawasan wisata.
“Kita tunggu saja, nanti bentuk kerja samanya seperti apa,” katanya.
Salah seorang praktisi kepariwisataan, Didi Rudianto mengatakan wacana pengembangan lereng selatan Gunung Slamet menjadi kawasan wisata merupakan ide yang bagus.
Akan tetapi, Penasihat Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia atau Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Banyumas itu mengaku pesimistis wacana tersebut dapat berjalan sesuai dengan harapan.
Menurut dia, hal itu berkaca dari pengalaman pengelolaan Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng di perbatasan Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo maupun di wilayah lainnya yang sering kali mengedepankan ego pemerintah daerah masing-masing.
“Kayaknya agak susah karena adanya egosentris di masing-masing daerah,” kata dia yang juga anggota Komisi D DPRD Banyumas.
Selain itu, kata dia, ide atau wacana pengembangan kawasan wisata tersebut dibicarakan dengan instansi lain agar sinkron sehingga bisa dikerjakan bersama-sama bukan hanya pekerjaan Dinporabudpar.
 
Tanggal : 7 November 2016
Sumber : jateng.antaranews.com