RRI.CO.ID (05/08/2025) | Minyak kayu putih tetap menjadi andalan masyarakat Indonesia sebagai minyak gosok multifungsi, terutama untuk menghangatkan tubuh, meredakan masuk angin, dan mengurangi gatal akibat gigitan serangga. Minyak ini berasal dari penyulingan daun pohon Melaleuca cajuputi, yang banyak tumbuh di wilayah Indonesia Timur seperti Maluku dan Nusa Tenggara.

Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), minyak kayu putih mengandung senyawa utama eukaliptol (1,8-cineole) yang bersifat antiinflamasi, antiseptik, dan ekspektoran. Kandungan inilah yang membuatnya bermanfaat dalam pengobatan tradisional. “Minyak kayu putih bukan hanya warisan budaya, tetapi juga memiliki potensi ekonomi tinggi,” ujar peneliti BRIN, Dr. Fatimah Arum, dikutip dari laman resmi BRIN.

Selain dipasarkan dalam bentuk minyak gosok, kayu putih juga diolah menjadi produk aromaterapi dan bahan baku farmasi. Perum Perhutani yang mengelola hutan tanaman kayu putih menyebutkan bahwa ekspor minyak ini terus meningkat seiring naiknya permintaan dari negara seperti Jepang dan Australia.

Sebagaimana dikutip dari laman kemkes.go.id Masyarakat di wilayah Maluku dan Sulawesi telah menggunakan minyak kayu putih secara turun-temurun. “Kami biasanya oleskan minyak kayu putih saat anak-anak kedinginan atau digigit serangga,” ujar Yohana, warga Kota Ambon. Penggunaan ini selaras dengan kajian etnobotani yang menunjukkan bahwa minyak kayu putih termasuk dalam 10 besar tanaman obat paling sering digunakan masyarakat Indonesia.

Meski dikenal aman, para ahli mengingatkan agar penggunaannya tetap memperhatikan dosis, terutama pada anak-anak dan ibu hamil. Produk yang mengandung eukaliptol tinggi sebaiknya tidak digunakan pada bayi di bawah usia dua tahun.

Dengan manfaatnya yang terbukti secara ilmiah dan nilai budaya yang kuat, minyak kayu putih diprediksi akan terus menjadi bagian penting dalam rumah tangga Indonesia.

Sumber : rri.co.id