Solopos.com, SRAGEN – Memasuki pertengahan musim kemarau, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Perum Perhutani Tangen, Sragen meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran hutan di wilayah mereka.
Kepala BKPH Perum Perhutani Tangen, Muh Farhan, Kamis (12/9/2013), mengatakan hingga saat ini memang tak ada titik-titik yang dinilai rawan kebakaran. Namun, semua lokasi perlu diwaspadai karena sama-sama memiliki berpotensi yang besar.
Penyebabnya pun beragam, kelalaian manusia atau akibat gesekan antar pohon. Itulah sebabnya ia semakin meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kerusakan hutan tersebut. Penjagaan hutan diperketat dibantu sejumlah instansi terkait.
Posisi lahan hutan di bawah pengelolaan BKPH Perum Perhutani Tangen sebenarnya juga mengkhawatirkan. Kawasan hutan yang dilalui pengguna kendaraan umum dari Sragen-Blora dan sebaliknya itu bisa memicu kebakaran hutan akibat kelalaian manusia.
“Misal ada yang buang puntung rokok sembarangan padahal rumputi lalangnya sudah mulai mongering,” urai Farhan saat ditemui di ruang kerjanya.
Namun, Farhan, mengaku bersyukur kawasan Perum Perhutani Tangen seluas 4.525 hektar itu berada di daerah yang cukup strategis. Medan yang dilalui menuju kawasan hutan berada di dataran rendah. Jika ada kebakaran, bisa segera diantisipasi karena mudah dijangkau oleh petugas. Bahkan, mobil pemadam kebakaran (damkar) pun bisa dilibatkan untuk mereda kobakaran api.
Lebih lanjut, Farhan, mengatakan pihaknya juga terus mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan tebu. Pasalnya, pembakaran lahan tebu berpotensi merembet ke kawas anhutan. Namun, ia mengaku larangan itu memang belum sepenuhnya ditaati oleh masyarakat sekitar. Pasalnya, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang membakar lahan tebu seusai panen.
Jurnalis : Ika Yuniati
Solopos Online | 13 September 2013 | 06.24 WIB