NGAWI, PERHUTANI (06/09/2018) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ngawi bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Ngawi menggelar upacara adat Gumbrekan Maheso dan Karnaval Maheso (Karnaval Kerbau) pada tanggal 5 September 2018 di petak 22c Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Kenteng, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Walikukun, KPH Ngawi.
Kegiatan Gumbrekan Maheso merupakan aktivitas tahunan yang dilaksanakan oleh masyarakat Dusun Bulak Pepe yang sampai saat ini masih bertahan memelihara kerbau. Tercatat ada 30 Kepala Keluarga (KK) yang masih memelihara kerbau dengan total kerbau sebanyak 720 ekor.
Administratur KPH Ngawi Heru Dwi Kunarwanto dalam sambutannya menyampaikan bahwa penggembalaan kerbau secara liar oleh masyarakat di dalam kawasan hutan dapat mengganggu tanaman kehutanan, untuk itu jajaran Perhutani di lapangan berkoordinasi dengan Kepala Desa Banyubiru Kundari, Ketua Lembaga Masyarakat desa Hutan (LMDH) Sumber Makmur Aji Sukirno dan para pemilik kerbau bersepakat agar potensi kerbau yang saat ini sudah mulai langka dapat diubah menjadi daya tarik tersendiri seperti menjadi atraksi wisata dengan tetap mempertahankan keberadaan hutan sesuai fungsinya yaitu ekologi, ekonomi dan sosial.
Bupati Ngawi Budi Sulistyono dalam sambutannya menyampaikan akan mendukung kegiatan tahunan ini dan membuka rintisan wisata “kampung kerbau” serta membuka lokasi outbond karena kegiatan ini telah terbukti berhasil menarik salah satu stasiun televisi nasional untuk meliput dan membuat program pada kegiatan Gumbrekan Maheso.
Masyarakat Desa Banyubiru melalui Kundari juga berkomitmen akan tetap menjaga kelestarian hutan dengan mendukung program kerja Perhutani selama mereka tetap bisa memanfaatkan kawasan hutan untuk dikembangkan potensinya sehingga dapat meningkatkan perekonomian warga. (Kom-PHT/Ngw/Sgo)
Editor: Ywn Copyright©2018