SURAKARTA, PERHUTANI (16/05/2025) | Aroma tanah basah dan barisan batang jagung yang menguning menyambut panen raya di lahan tumpangsari jagung-kelapa di Dukuh Mranggen RT 01 RW 04, Desa Dukuh, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten pada Kamis (15/05). Kegiatan ini merupakan bagian dari program ketahanan pangan yang digagas Polres Klaten, sebagai tindak lanjut dari arahan Kapolda Jawa Tengah.

Inisiatif panen ini tidak hanya menjadi simbol keberhasilan pertanian lokal, tetapi juga bukti nyata sinergi lintas lembaga dalam menjaga stabilitas pangan di tingkat desa. Di tengah berbagai tantangan ekonomi dan perubahan iklim, kolaborasi seperti ini menjadi fondasi kuat untuk menjawab krisis dengan pendekatan gotong royong dan berbasis lahan rakyat.

Wakil Administratur KPH Surakarta, Bambang Sunarto, menyampaikan bahwa keberhasilan panen tumpangsari ini adalah cerminan dari semangat konservasi yang produktif. Perhutani tidak hanya menjaga hutan, tetapi juga mendampingi masyarakat sekitar kawasan dalam mengoptimalkan lahan melalui sistem agroforestry seperti tumpangsari.

“Perhutani bangga dapat menjadi bagian dari solusi pangan nasional yang tetap berpihak pada kelestarian lingkungan,” tegasnya. Ia juga menekankan pentingnya pengelolaan hutan produksi yang adaptif dan mampu menjawab kebutuhan pangan tanpa mengorbankan fungsi ekologis hutan.

Kapolres Klaten, AKBP Lellono Windi Bramantyo, menyampaikan apresiasinya atas semangat petani dan dukungan semua pihak dalam kegiatan ini. “Panen hari ini bukan hanya keberhasilan pertanian, tetapi keberhasilan komunikasi dan kerja sama antar unsur—pemerintah daerah, penyuluh, petani, dan institusi vertikal seperti kepolisian. Kami akan terus mendorong model seperti ini sebagai upaya konkret mendekatkan aparat dengan masyarakat melalui kerja nyata, bukan hanya pengamanan,” ujar Lellono.

Ia juga berharap keberhasilan tumpangsari ini bisa direplikasi di wilayah lain sebagai bagian dari penguatan ketahanan pangan nasional.

Panen jagung ini menjadi simbol dari model pertanian kolaboratif berbasis lahan rakyat yang mengedepankan sinergi antara produktivitas, konservasi, dan kedaulatan pangan. Ke depan, kegiatan seperti ini diharapkan mampu mendorong lebih banyak inisiatif bersama antara lembaga negara, perusahaan negara, dan masyarakat lokal untuk membangun ketahanan pangan yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.

Di tengah tantangan perubahan iklim dan krisis global, tumpangsari menjadi jawaban lokal yang menyentuh langsung kebutuhan dasar masyarakat—yakni pangan, kesejahteraan, dan harapan. (Kom-PHT/Ska/Mar)

Editor: Tri

Copyright © 2025