PERGERAKAN API DI GUNUNG LAWU DIPANTAU
Pengamanan Sumber Air Jadi Prioritas

Kedaulatan Rakyat – KARANGANYAR (KR) – Alur koordinasi antarpersonel sukarelawan dan Perhutani makin dirapatkan dalam operasi pemadaman kebakaran hutan Gunung Lawu. Pengamanan sumber mata air menjadi salah satu fokus operasi bersama.
Mulai Kamis (27/8), tiga posko didirikan di jalur pendikian Gunung Lawu lewat Candi Cetho, masing-masing Posko induk di area candi, Posko taktis d.an bascamp di jalur pendakian. Pendirian Posko di lokasi tersebut untuk memudahkan sukarelawan dan petugas mengantisipasi meluasnya kebakaran. Sebelumnya kebakaran melanda petak 63 F seluas 25 hektare di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Nglerak serta petak 63 G seluas 10 hektare dan 63 H seluas 5 hektare di RPH Tambak.
Kepala RPH Bromo Sujarwo mewakili Asisten Perhutani Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Lawu Utara Arif Nurjati mengatakan, seluruh unsur penanggulangan kebakaran hutan Lawu dicatat dan diberi tugas sesuai keahlian masing-masing. “Teman-teman dari semua uasur wajib didata supaya memudahkan koordinasi. Saat ini semuanya berada di Posko Candi Cetho, mulai Anak Gunung Lawu (AGL) sampai Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH),i katanya kepada wartawan, Kamis (27/8).
Informasi yang diterimanya menyebutkan, api tak lagi terlihat membara hutan Lawu di wilayah Karanganyar hingga Kamis (27/8). Namun asap masih mengepul di petak-petak tersebut. Guna mengantisipasi api kembali berkobar, para sukarelawan dan petugas Perhutani bersiaga nonstop di Posko dengan berbekal metode manual pemadaman api.
“Tbtal luas area terbakar belum bisa dipastikan. Di Karanganyar, masih di area RPH Tambak dan Nglerak,” katanya.
Koordinasi antarsukarelawan diarahkan langsung Komandan Kodim 0727/Karanganyar Letkol Inf Marthen Pasunda. Pergerakan api terus dipantau dari sisi bukit area pos 4 lewat Candi Cetho sekaligus mengamankan sumber mata air di area itu.
“Sumber mata airini vital bagi warga di bawah. Bahkan dibUat parit agar api tidak bisa menjangkaunya. Jarak antara titik api terluar dengan sumber mata air dan permukiman masih jauh,” kata Dandim.
Dengan melihat medan ekstrem hutan Gunung Lawu, operasi bersama pemadaman kebakaran tidak dapat maksimal. Mereka berharap kebakaran mereda akibat faktor alam.
Sementara itu Kasie Pemerintahan Desa Gumeng, Jenawi Sutardi mengatakan, sumber mata air di lokasi antara pos 3 dan 4 jalur menuju puncak lewat Candi Cetho diandalkan masyarakat yang bertempat tinggal di Dusun Babar, Milir, Ngargosari dan Dusun Cetho.
“Pipa penyalur sepanjang 7,5 kilometer ini satu-satunya sumber air bersih yang diambil dari Bukit Piling (lokasi sumber air),” katanya. (M-8)-c
Sumber : Kedaulatan Rakyat, hal. 19
Tanggal : 28 Agustus