 
			 
				BANYUMAS BARAT, PERHUTANI (28/10/2025) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Barat turut berpartisipasi dalam kegiatan Festival Rowanda Bojana yang digelar di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Minggu (26/10). Acara yang berlangsung di pelataran Masjid Saka Tunggal ini menjadi bagian dari upaya pelestarian budaya lokal dan penguatan nilai-nilai kearifan masyarakat sekitar hutan.
Kehadiran Perhutani diwakili oleh Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Lumbir beserta jajarannya. Dari pihak desa turut hadir Kepala Desa Cikakak bersama perangkat desa dan tokoh masyarakat.
Festival Rowanda Bojana merupakan agenda tahunan yang mengangkat tradisi masyarakat dalam menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan leluhur. Dalam kegiatan ini, masyarakat menyuguhkan berbagai kesenian tradisional, kuliner khas lokal, serta prosesi adat yang disakralkan, termasuk penghormatan simbolis terhadap sumber air dan lingkungan sekitar hutan.
Festival Rowanda Bojana adalah tradisi budaya dan spiritual masyarakat Desa Cikakak yang digelar sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta penghormatan kepada leluhur dan alam, khususnya hutan dan sumber air. Festival ini biasanya dilaksanakan di sekitar Masjid Saka Tunggal — masjid kuno bersejarah — dan melibatkan beberapa prosesi adat seperti:
Kirab budaya
Pementasan seni tradisional
Doa bersama
Pemberian sesaji atau bojana (makanan) kepada leluhur secara simbolis
Istilah “Rowanda” berasal dari kata rawuh (hadir) dan anda (para leluhur), sedangkan “Bojana” berarti hidangan atau sesaji. Makna utamanya adalah mengundang kehadiran roh para leluhur dalam suasana syukur dan permohonan berkah agar masyarakat desa diberi keselamatan, hasil panen yang baik, serta kelestarian alam yang terjaga. Tradisi ini menjadi simbol harmoni antara manusia, budaya, dan lingkungan.
Administratur KPH Banyumas Barat melalui Kepala BKPH Lumbir, Kuswoyo, menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan kegiatan budaya yang turut memperkuat hubungan antara Perhutani dan masyarakat desa hutan. “Perhutani hadir tidak hanya sebagai mitra pengelola hutan, tetapi juga sebagai bagian dari komunitas yang ingin menjaga budaya dan lingkungan secara selaras,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa Desa Cikakak memiliki potensi wisata budaya dan alam yang dapat dikembangkan melalui konsep kolaborasi. “Dengan menjaga budaya dan kelestarian hutan, kita bisa membuka peluang ekonomi masyarakat berbasis ekowisata yang berkelanjutan,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Desa Cikakak, Akim Safari, mengucapkan terima kasih atas partisipasi dan dukungan Perhutani dalam kegiatan ini. “Kehadiran Perhutani semakin memperkuat komitmen bersama untuk menjaga nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang menjadi jati diri desa kami,” ungkapnya.
Festival ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga wahana edukasi dan pelestarian budaya yang memiliki keterkaitan erat dengan kelestarian alam. Diharapkan kegiatan semacam ini dapat terus dijaga dan dikembangkan sebagai bagian dari identitas masyarakat sekitar hutan. (Kom-PHT/Byb/Twn)
Editor: Tri
Copyright © 2025