MANTINGAN, PERHUTANI (24/10/2020) | Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Mantingan bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Karya Alam Lestari (Kalal) dalam pelaksanaan pelatihan Biodiversity dan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebon, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang, Sabtu (24/10).

Pelatihan dihadiri oleh Kepala BKPH Kebon Heri Juli P, Ketua LSM Kalal Djumadi S. Rama. Peserta pelatihan adalah 22 orang Mandor Tanam yang baru saja menerima Surat Keputusan Pegawai tahun 2020. Dalam kegiatan ini, Kepala Sub Seksi (KSS) Tanaman Arif Yudiarko didapuk sebagai pemateri dari Perhutani.

Dalam kesempatan tersebut para peserta diberikan pemahaman pentingnya pengawasan mandor kepada para penggarap di kawasan hutan agar tidak menggunakan Pestisida. Karena pestisida termasuk B3 yang dapat menjadikan tanah semakin asam dan ketergantungan. Padahal di kawasan hutan yang pokok, Perhutani sendiri selalu menggunakan pupuk kompos dengan tujuan agar top soil tanah yang nantinya akan menumpuk bertahun-tahun bisa menyuburkan tanah secara alami. Efek penggunaan pestisida juga berimbas dalam proses controlled wood  yang mengakibatkan Sertifikat dapat dicabut.

Menyampaikan pesan Administratur KPH Mantingan, Kepala BKPH Kebon, Jeri Juli P berharap segenap peserta pelatihan bisa memahami Biodiversity atau keanekaragaman hayati di kawasan hutan. Selain itu Mandor juga diminta lebih sigap dan berani melarang para penggarap menggunakan pestisida dalam bercocok tanam di kawasan hutan.

“Kelak di lapangan akan ditemui banyak sekali jenis tanaman sehingga harapan kami para Mandor dapat mengenali jenis-jenisnya. Selain itu, Perhutani selama ini tegas kepada penggarap yang ketahuan menggunakan pestisida maka Mandor juga harus berani mengambil sikap,” ucap Jeri.

Ketua LSM Kalal, Djumadi berpendapat bahwa melindungi keanekaragaman hayati adalah salah satu tantangan yang terbesar yang harus dihadapi manusia. Djumadi menyampaikan kepada para peserta pelatihan bahwa Biodiversity biasanya dibedakan dalam tiga tingkatan yakni keanekaragaman genetik, keanekaragaman spesies dan keanekaragaman ekosistem. Keanekaragaman genetik adalah tingkat mendasar yang mengacu pada varietas yang ada dari anggota spesies. Dahulu sebelum diperkenalkan bibit-bibit tertentu untuk padi, sawah tradisional Indonesia kaya akan berbagai varietas padi yang menjadikan tahan hama. Namun dewasa ini dengan seragamnya tanaman padi dengan bibit yang sama menjadikan hama dan penyakit tanaman menjadi lebih luas, sehingga kegagalan panen secara total potensi terjadinya lebih besar.

Sedangkan keanekaragaman spesies adalah yang paling umum yang mengacu pada variasi spesies di satu tempat tertentu atau di antara sebuah kelompok makhluk hidup khusus. Lingkungan tropis memiliki keanekaragaman spesies yang lebih banyak dibandingkan daerah yang lebih dingin. Indonesia memiliki lebih dari 15.000 spesies tanaman termasuk diantaranya anggrek hitam dan bunga raflesia. (Kom-PHT/Mtg/Sgt)

Editor : Ywn
Copyright©2020