PEKALONGAN BARAT, PERHUTANI (14/07/2025) | Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pekalongan Barat melakukan pertemuan dengan Yayasan Masyarakat Ficus Indonesia yang berpusat di Kediri sebagai salah satu upaya menyamakan persepsi dan sinergi guna meningkatkan kelestarian sumber daya hutan dalam rangka perbaikan ekosistem alami yang berperan penting dalam menstabilisasi kawasan penyangga sumber mata air Tuk Pitu. Pertemuan dilaksanakan di ruang kerja Administratur KPH Pekalongan Barat pada Jumat (11/07).
Dalam acara pertemuan tersebut, Ketua Yayasan Masyarakat Ficus Indonesia bersama perwakilan relawan Masyarakat Ficus Cabang Tegal yang berada di Desa Batumerah diterima langsung oleh Administratur KPH Pekalongan Barat didampingi Kepala Seksi Perencanaan dan Pengembangan Bisnis serta Kepala Seksi Produksi.
Administratur KPH Pekalongan Barat, Prasetyo Lukito, menyampaikan rasa senangnya atas kunjungan dari Yayasan Masyarakat Ficus Indonesia dan menyambut baik itikad untuk mengembalikan fungsi hutan yang terdegradasi. Ia menjelaskan bahwa dalam kawasan hutan pengelolaan KPH Pekalongan Barat terdapat beberapa sumber mata air, salah satunya Tuk Pitu yang terletak di petak 55 Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Batumerah, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bumijawa. Mata air tersebut sangat diperlukan untuk kehidupan masyarakat.
“Dengan sumber mata air yang sangat diperlukan pemanfaatannya, maka perlu upaya melestarikan dan menjaganya. Jangan sampai mengeksploitasi tetapi tidak mengonservasinya. Harapannya, dengan pertemuan ini, Perhutani dapat saling bersinergi dan ke depan bisa bekerja sama untuk mengembalikan fungsi hutan. Dengan hutan yang lestari, masyarakat akan sejahtera,” ujarnya.
Ketua Yayasan Masyarakat Ficus Indonesia, Ari Purnomo Adi, menjelaskan bahwa lembaganya merupakan lembaga konservasi yang dibentuk oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang bertujuan untuk mengonservasi mata air dan kawasan lindung.
Ficus sangat berfungsi sebagai konservasi air, spesiesnya sama seperti trembesi dan bambu. Selain itu, Ficus sebagai spesies kunci juga dapat dijadikan sumber pakan satwa. Lahan yang dipilih bukan di lokasi hutan produksi, melainkan di sempadan sungai karena bukan merupakan fungsi kawasan produksi.
“Kami sudah mempunyai kelompok masyarakat pionir, yaitu di Tegal ada Desa Batumerah. Di sana kawasan hutan sudah bagus, dan kami fokus untuk memperbaiki tapal batas antara kawasan perlindungan dengan kawasan produksi serta memperbaiki sumber mata air,” jelasnya. (Kom-PHT/Pkb/Sgy)
Editor: Tri
Copyright © 2025