MALANG, PERHUTANI (20/10/2025) | Sebagai upaya memperkenalkan potensi wisata berbasis ekosistem (eco tourism) sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian lingkungan, Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Malang menggelar kegiatan “Forest Talk” di Wisata Taman Kemesraan, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, pada Sabtu (18/10).
Kegiatan ini diawali dengan aksi teatrikal dari komunitas Penguri-Uri Punden yang menggambarkan alam sebagai Ibu Pertiwi yang tengah berduka akibat kerusakan lingkungan. Pertunjukan tersebut menjadi simbol ajakan bagi masyarakat untuk kembali menghormati dan menjaga keseimbangan alam. Usai teatrikal, dilaksanakan penanaman 10 bibit pohon sukun dan 20 bibit pohon trembesi di sekitar kawasan wisata sebagai bentuk nyata komitmen pelestarian lingkungan.
Dengan mengusung tema “Forest Talk Ecotourism with Local Wisdom for a Sustainable Future,” kegiatan ini menghadirkan insan media, komunitas masyarakat sekitar, budayawan, akademisi, serta pegiat lingkungan. Melalui kegiatan ini, Perhutani berharap dapat memperkuat kolaborasi lintas elemen dalam mewujudkan pengelolaan wisata hutan yang berkelanjutan berbasis kearifan lokal.
Administratur Perhutani KPH Malang, Kelik Djatmiko, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan Forest Talk menjadi momentum untuk membangun kepedulian bersama dalam menjaga ekosistem hutan dan lingkungan hidup. “Aksi teatrikal malam ini menggambarkan bahwa alam adalah Ibu Pertiwi yang sedang sedih karena rusak dan tidak sehat. Melalui kegiatan ini, kami ingin mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam memulihkan alam agar kembali seimbang dan lestari. Penanaman pohon menjadi wujud nyata dari kesadaran tersebut,” ungkap Kelik.
Lebih lanjut, Kelik menjelaskan bahwa kerusakan alam menjadi isu serius yang selalu menjadi perhatian Perhutani, terlebih dengan meningkatnya risiko bencana alam seperti kebakaran hutan, tanah longsor, pembalakan liar, dan pencemaran lingkungan.
“Kerusakan alam merupakan bentuk ketidakadilan ekologis. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh mereka yang merusak, tetapi juga oleh seluruh makhluk hidup. Solusi yang kami dorong adalah Eko Sufisme, yakni perpaduan antara intelektual, spiritual, dan emosional dalam memperbaiki hubungan manusia dengan alam,” jelasnya.
Menurut Kelik, pemulihan lingkungan tidak hanya dapat dilakukan melalui pendekatan teknologi, tetapi juga harus melibatkan aspek kesadaran emosional dan spiritual masyarakat. Karena itu, kegiatan penanaman pohon malam hari ini juga memiliki filosofi tersendiri.
“Kami memilih waktu malam karena malam melambangkan ketenangan, keheningan, dan kedamaian. Semoga bibit pohon yang kami tanam dapat tumbuh subur, terutama karena ditanam di sekitar sumber air,” tambahnya.
Setiap tahunnya, Perum Perhutani KPH Malang menargetkan kegiatan penanaman pohon di area kelolanya hingga mencapai luas 100 hektare sebagai bagian dari komitmen perusahaan dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan hutan.
Selain memperkenalkan kegiatan pelestarian, Forest Talk juga menjadi sarana untuk mengenalkan berbagai potensi wisata ekologi di bawah pengelolaan Perhutani KPH Malang, di antaranya Sea Turtle Conservation, Budug Asu, Keraton Gunung Kawi, Bedengan, dan beberapa destinasi lainnya.
Sementara itu, Pengelola Wisata Taman Kemesraan, Bambang, menyampaikan bahwa kawasan wisata yang menjadi lokasi kegiatan Forest Talk ini juga menawarkan beragam daya tarik wisata alam unggulan. Salah satunya adalah area camping ground yang menjadi favorit bagi wisatawan, baik dari kalangan keluarga maupun komunitas pecinta alam.
Menurutnya, Taman Kemesraan tidak hanya menjadi tempat rekreasi, tetapi juga sarana edukasi lingkungan yang mengajarkan pengunjung untuk lebih mengenal dan mencintai alam. “Kami berkomitmen menjadikan Taman Kemesraan sebagai destinasi wisata ramah lingkungan yang mendukung konsep eco tourism dan memperkuat sinergi dengan Perhutani dalam menjaga kelestarian hutan,” ujar Bambang. (Kom-PHT/Mlg/Mhrr)
Editor:Lra
Copyright©2025