Perum Perhutani sampai saat ini masih memegang rekor terbesar sebagai produsen Gumrosin dan getah pinus di Asia Tenggara, kata Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukamananto pada Kongres Pine Chemical Association (PCA) di Boston, Rabu. “Namun demikian situasi ekonomi Eropa yang kurang kondusif berdampak pada perdagangan dan fluktuasi harga yang tidak stabil bagi industri getah pinus milik Perhutani,” katanya di depan 100 peserta kongres beranggotakan negara produsen Gumrosin dan gerah pinus itu.
Direktur Utama perusahaan besar pertanian di Indonesia itu adaalah salah satu dari 15 pembicara pada kongres internasional tahunan yang berlangsung di Hotel Fairmont Copley Plaza Boston dari 16 sampai 18 September 2012. Meskipun prospek bagus, Bambang mengakui ke depan kompetisi makin ketat sehingga efisiensi, inovasi dan teknologi harus terus dilakukan Perhutani agar produknya selalu kompetitif dan memenuhi harapan pelanggannya.
Keputusan Perhutani untuk membangun pabrik derivative gumrosin di Pemalang Jawa Tengah adalah salah satu pemecahan masalah tersebut. Pabrik Perhutani yang diresmikan pembangunannya oleh Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan baru-baru ini diharapkan mampu menghasilkan nilai tambah 1,5 kali lipat dari pendapatan non-kayu Perhutani selama ini, tambahnya.
PCA adalah asosiasi internasional produsen bahan olahan pohon pinus, sedangkan ajang konferensi bertujuan menjadi temu bisnis sekaligus membahas perkembangan perdagangan dari negara produsen. Melalui konferensi ini, masing-masing produsen dapat langsung bekerjasama business to business. Ikut menghadiri acara tersebut adalah Direktur Industri Perhutani Heru Siswanto dan salah satu mitra dagang PT Milatronika.
Menurut Kepala Biro Humas Perum Perhutani Susetyaningsih, kongres juga membahas pemasaran industri global getah pinus, suplai industri getah pinus di dunia, teknologi industri, keamanan kerja industri juga kelestarian lingkungan. Para peserta juga mendapat kesempatan langsung mengadakan kontrak dagang atau menjalin jejaring bisnis baru. Dia menambahkan, Perhutani telah mengikuti kongres tahunan ini sejak 2006.
Menurutnya, Perhutani telah menerjuni industri gondorukem dan terpentin Perhutani sejak 1948 dan berkembang pesat pada 1976. Saat ini ada delapan Pabrik Gondorukem & Terpentin (PGT) Perhutani. Sumber bahan baku Pinus merkusii berasal dari hutan Perhutani seluas 865.000 ha dengan potensi sadapan 166.000 Ha untuk tahun 2013, katanya. Sumber bahan baku lain berasal dari Propinsi Bali, Sulawesi Selatan dan beberapa daerah lain di luar Jawa.
Produk Perhutani tersebut dipasarkan ke pasar lokal 20 persen dan ekspor 80 persen dengan negara tujuan Jepang dan India (Asia), Eropa terutama Jerman, Amerika Serikat, Afrika dan Australia, tambahnya. Untuk mencukupi pasokan pabrik, selama sepuluh tahun ke depan Perhutani telah berencana mengembangkan tanaman pinus jenis unggul seluas 62,500 ha per tahun dengan hasil sadapan 6 metrik ton/th/ha, tambahnya.
Isu menguat dalam konferensi adalah bahan baku kimia alami seperti gumrosin untuk tinta, kosmetik, makanan, industri cat, yang akan meningkat kebutuhannya dan prospeknya baik dengan catatan produsen berkomitmen menjaga keberlanjutan, ketersediaan, stabilitas (hargae) dan kualitas. Khusus produk dari Indonesia diharapkan fleksibilitas dan responsif terhadap perubahan pasar pada saat harga naik juga saat harga turun.
Meskipun berprospek bagus, Bambang Sukmananto selanjutnya mengakui bahwa ke depan kompetisi makin ketat sehingga efisiensi, inovasi dan teknologi harus terus dilakukan Perhutani agar produk selalu kompetitif dan memenuhi harapan konsumen.
antaranews.com::Kamis, 20 September 2012