KEDIRI, PERHUTANI (08/09/2025) | Dalam upaya membina generasi muda agar semakin mencintai hutan, Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kediri memberikan materi Krida Guna Wana anggota Saka Wanabakti Kediri tentang pengelolaan hasil hutan, khususnya penyadapan getah pinus yang dilaksanakan di petak 114A, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Parang, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kediri, pada Minggu (7/9).
Melalui kegiatan ini, Perhutani berharap generasi muda memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar dalam pengelolaan hasil hutan, sekaligus menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk menjaga kelestarian hutan. Selain itu, pembinaan ini diharapkan mampu menanamkan nilai-nilai kemandirian, kepedulian lingkungan, serta menyiapkan kader muda yang dapat menjadi mitra strategis Perhutani dalam menjaga dan mengelola hutan secara berkelanjutan.”
Wakil Administratur Perhutani KPH Kediri Utara, Bambang Ribudiono menyampaikan, bahwa kegiatan ini bertujuan memberikan pengetahuan praktis tentang teknik penyadapan getah pinus sekaligus menanamkan kepedulian terhadap kelestarian hutan sejak dini.
Menurutnya, generasi muda yang tergabung dalam Saka Wanabakti perlu dibekali wawasan mengenai pengelolaan hasil hutan agar tidak hanya memahami fungsi ekologis hutan, tetapi juga potensi ekonominya. “Kami berharap adik-adik pramuka ini dapat menjadi duta pelestarian hutan yang mampu menyebarkan semangat menjaga alam sekaligus memahami manfaat hutan bagi kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Dalam arahan pembekalan materi Bambang, menyampaikan, saat ini, terdapat dua teknik utama yang digunakan dalam penyadapan getah. Pertama, teknik koakan (quarre) yang merupakan metode tradisional. Teknik ini masih banyak dipakai karena mudah dilakukan serta hanya membutuhkan alat sederhana seperti petel.
Kedua, metode menggunakan Alat Sadap Mekanik (Alsameka), yang dinilai lebih efektif karena mampu meningkatkan kualitas getah, mempercepat produksi, sekaligus menarik minat generasi muda untuk terjun dalam usaha penyadapan. Kendati demikian, metode modern ini membutuhkan biaya investasi alat yang lebih tinggi dibandingkan teknik tradisional.
“Langkah pengembangan teknologi penyadapan ini diharapkan mampu memberikan nilai tambah bagi penyadap sekaligus memperkuat kontribusi Perhutani dalam menjaga keberlanjutan hutan, ujarnya.
Bambang menambahkan, selain melakukan produksi, Perhutani juga melakukan penanaman pohon pinus dilokasi petak setelah di tebang, untuk menjaga kelestarian hutan tetap terjaga, termasuk melakukan pemeliharaan tanaman dan penggunaan stimulansia untuk meningkatkan produksi getah.
Sementara itu, Pamong Saka Wanabakti Kediri, Eko Widodo, menyampaikan apresiasi kepada Perhutani KPH Kediri atas materi pengelolaan hutan yang diberikan, khususnya terkait penyadapan getah pinus. Menurutnya, pengetahuan ini sangat bermanfaat bagi anggota muda Saka Wanabakti.
“Dari materi ini, adik-adik dapat memahami bahwa getah pinus memiliki banyak manfaat. Di antaranya dapat diolah menjadi gondorukem, yang digunakan sebagai bahan dasar cat, pernis, sabun, tinta, hingga bahan isolasi. Selain itu, juga dapat diolah menjadi terpentin yang berguna sebagai pelarut dalam cat, pernis, dan berbagai produk industri lainnya,” ujarnya.
Eko menambahkan, kegiatan penyadapan getah pinus yang dilakukan Perhutani juga melibatkan masyarakat sekitar hutan. Hal ini tidak hanya menjaga kelestarian hutan, tetapi juga membuka lapangan kerja sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. (Kom-PHT/Kdr/Ton).
Editor:Lra
Copyright©2025