PEMALANG, PERHUTANI (12/06/2025) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pemalang melaksanakan apel dan patroli malam hari di wilayah kerja Kepala Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Kramat dan RPH Lobongkok, yang berada di bawah koordinasi Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Slarang dan BKPH Cipero, pada Rabu (11/06).
Kegiatan patroli ini dipimpin langsung oleh Administratur KPH Pemalang, Wakil Administratur KPH Pemalang, dan Komandan Regu Polisi Hutan (Polhut), bersama empat anggota Polhut. Mereka didampingi oleh Pembina Jaga Wana serta dihadiri oleh Kepala BKPH, Kepala RPH, dan personel Polisi Teritorial (Polter) wilayah KPH Pemalang.
Administratur KPH Pemalang, Uum Maksum, menyampaikan bahwa kegiatan patroli ini merupakan tindak lanjut dari instruksi Wakil Kepala Divisi Regional Jawa Tengah agar setiap satuan kerja meningkatkan intensitas patroli di petak-petak dan jam-jam rawan guna mencegah tindak pidana pencurian kayu.
“Selain patroli rutin malam hari, Perhutani juga secara berkala melaksanakan kegiatan komunikasi sosial (komsos) dengan masyarakat sekitar hutan untuk menjalin hubungan baik serta meningkatkan pemahaman tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan dan dampak dari perusakan lingkungan, seperti banjir dan kekurangan air saat musim kemarau,” jelasnya.
Sementara itu, Pembina Jaga Wana AKP, Anton Wijaya, menambahkan bahwa bencana ekologis merupakan fenomena alam yang terjadi akibat terganggunya tatanan ekologi karena berbagai faktor yang saling berkaitan antara manusia, makhluk hidup, dan kondisi alam.
“Alam sebagai tempat tinggal dan sumber keseimbangan lingkungan sangat rentan terhadap kerusakan. Bencana ekologi sering kali merupakan akibat dari akumulasi krisis ekologi yang disebabkan oleh ketidakadilan dan kegagalan dalam pengelolaan alam, yang pada akhirnya dapat menyebabkan runtuhnya sistem kehidupan manusia,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa kondisi ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan secara tidak bijak, yang turut mempercepat global warming.
“Dampak utama global warming terhadap bencana adalah peningkatan suhu udara yang memicu perubahan musim tidak menentu serta mempercepat siklus geologi dan meteorologi, yang pada akhirnya menyebabkan bencana di berbagai wilayah,” tambahnya. (Kom-PHT/Pml/Sks)
Editor: Tri
Copyright © 2025