KBRN, Nusa Dua Bali :Perum Perhutani berkomitmen terus meningkatkan pelayanan kepada para pembeli produk gumrosin dan turpentinnya yang ada di lebih dari 20 Negara, dengan memberikan pelayanan terbaik dan mendengarkan kebutuhan-kebutuhan mereka dalam rangka kesinambungan bisnis produk berbasis sumberdaya hutan non-kayu tersebut.
Untuk itu Direktur Utama Perum Perhutani, Mustoha Iskandar mengundang para pembeli utama dalam pertemuan “International Business Gathering Perhutani’s Gumrosin & Turpentin”yang diadakan di Nusa Dua Bali, pada Kamis (3/3/2016).
Perum Perhutani memproduksi gumrosin dan turpentine untuk kepentingan ekspor dan sebagian untuk pasar domestik. Dua kategori pembeli produk tersebut adalah perusahaan manufaktur atau industri langsung dan perusahaan penyalur atau trader yang akan menjual kembali produk tersebut kepada industri pengguna atau manufaktur dalam dan luar negeri.
Pada tahun 2014, kebutuhan ekspor produk gumrosin Perhutani 52,000 ton, tahun 2015 mencapai 55,000 ton sedangkan kebutuhan dalam negeri 8,000 ton. Dibandingkan Republik Rakyat China (70%) dan Brazil (11%), Indonesia adalah penghasil gumrosin terbesar ke tiga di dunia setelah dua Negara tersebut.
Tidak kurang dari 208 perusahaan dari 38 negara membeli produk gumrosin Perhutani saat ini dengan total ekspor Perhutani mencapai 51.950,2 ton atau senilai USD 110.846.788
Dari jumlah tersebut, tahun 2013-2015 tercatat 20 Negara Pembeli Gumrosin Perhutani terbanyak mencapai 48,000 ton pertahun, yaitu: India (18.47%), RR China (15.15%), Portugal (9.05%), Taiwan (9.05%), Belanda (7.15%), Turkey (5.54%), Japan (5.33%), Belgia (5.26%), Korea (4.14%), Pakistan (4.13%), Germany (3.16%), Italy (1.81%), Polandia (1.78%), Yunani (1.27%), Perancis (1.19%), Philippines (1.19%), Spanyol (1.02%), Australia (0.94%), Bangladesh (0.66%), Finlandia (0.59%).
Para pembeli umumnya perusahaan produsen atau manufaktur penghasil produk derivat atau turunan gumrosin. Produk derivat atau turunan gumrosin tersebut memiliki fungsi sebagai perekat/adhesive/binfer dalam beberapa industri seperti industri karet/ban, industri bahan perekat (adhesive/sealant), industri cat dan tinta, industri minuman dan permen karet yang menggunakan produk food grade dari Gliserol Rosin Ester, salah satu turunan produk gumrosin yang disenyawakan dengan gliserol, dengan fungsi sebagai pengemulsi dan penstabil.
Pada acara “International Business Gathering Perhutani’s Gumrosin & Turpentin”di NusaDua Bali ini, perwakilan perusahaan-perusahaan pembeli produk gumrosin/gondorukem dan turpentin Perum Perhutani yang hadir antara lain berasal dari Jerman, Belanda, Pakistan, Jepang, Uni Emirat Arab, Turkey, Indonesia.
“Ini adalah kali pertama dalam sejarah setelah lebih dari 55 tahun dalam berbisnis gumrosin turpentin, Perum Perhutani bertemu langsung dengan beberapa pembeli utama internasional dari berbagai Negara. Kita ingin memberikan pelayanan terbaik kepada mereka dengan memberi jaminan ketersediaan bahan baku dan kontrak jangka panjang. Kontrak ini akan memberikan kepastian bahan baku kepada perusahaan-perusahaan tersebut. Pelayanan terbaik akan menghindari kemungkinan persaingan tidak sehat antar pembeli karena produk kita adalah produk alam/nature yang kuantitasnya terbatas. Selain itu melalui pertemuan ini Perhutani bisa lebih memahami keinginan dan kebutuhan mereka akan produk gumrosin turpentine termasuk produk turunan atau derivatnya,” papar Mustoha Iskandar.
Permintaan gumrosin dunia saat ini terus meningkat didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan, saat ini saja telah banyak ditemukan inovasi produk-produk turunan gumrosin dengan teknik pembuatan yang lebih sederhana tetapi dapat memberikan hasil yang optimal sebagai hasil pengembangan teknik konvensional. Namun demikian produk gumrosin getah pinus tetap merupakan produk yang lebih unggul karena sifatnya yang natural dan environment friendly.
Gumrosin dan Turpentin adalah produk hasil hutan non-kayu dari getah pohon pinus yang diolah melalui proses melting, scrubber dan pemasakan. Perum Perhutani memiliki delapan pabrik pengolah getah pinus.
Sumber getah pinus Perum Perhutani berasal dari hutan pinus Perhutani di Jawa. Perum Perhutani sebagai BUMN seluas 2.4 juta Ha, terdiri dari hutan tanaman jati seluas 1.261.465,81 Ha (52%), hutan pinus 876.992,66 Ha (36%), sisanya tanaman Damar, Mahoni, Akacia, Sengon, Kesambi. Dari areal hutan pinus tersebut, untuk tahun 2016, luas hutan pinus yang akan disadap 177.959 Ha dengan jumlah 37.288.068 pohon pinus serta ditargetkan menghasilkan 95.760 ton getah pinus. Produk hasil hutan non-kayu Perhutani selama ini memasok pendapatan perusahaan sebesar lebih kurang 50 persen pertahunnya.
Perum Perhutani sendiri saat ini tengah membangun industri hilir berupa pabrik derivat gumrosin dan turpentin Perhutani Pine Chemical Industry atau PPCI di Pemalang Jawa Tengah yang akan mengolah gumrosin turpentin menjadi produk derivat turunan berupa ?-Pinene (Alphapinene), Bethapinene, D-limonen, D-carene. Serta produk Glycerol dan Rosin Ester melalui proses easterifikasi dan flacking.
Pabrik PPCI ini akan meningkatkan nilai tambah hasil hutan non-kayu dibandingkan apabila Perhutani hanya memasarkan produk dalam bentuk gumrosin turpentin saja. Sementara data menunjukkan kebutuhan pasar untuk produk derivat gumrosin turpentin seperti Alphapinene dan Bethapinene di dunia mencapai 600.000 ton/tahun, di dalam negeri mencapai 19.000 ton/tahun. Dengan bahan baku getah Pinus yang ada, dan pengolahan sampai ke derivatnya, maka Perum Perhutani kedepan akan menjadi salah satu pelaku bisnis industri pine chemical penting di dunia.
Acara “International Business Gathering Perhutani’s Gumrosin & Turpentin”ini dihadiri oleh Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN, Dr Aloysius Klik Ro mewakili Menteri BUMN RI.
Juga hadir Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari, Dr. Ir. Ida Bagus Putera Parthama, MSc. mewakili Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI sebagai nara sumber sekaligus membuka acara tersebut. (Rell/HF)
Tanggal : 14 Maret 2016
Sumber : rri.co.id