Perhutani saat ini menjadi produsen gondorukem atau gumrosin terbesar se-Asia Tenggara. Prestasi itu dicapai dengan dukungan delapan pabrik dan sumber bahan baku yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia. “Industri gondorukem dan terpentin Perhutan 1 berdiri sejak 1948 dan berkembang pesat mulai 1976,” ujar Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukamananto dalam siaran pers Perum Perhutani di Jakarta, Kamis (20/9).
Pernyataan itu juga disampaikan dalam pidato di konferensi Pine Chemical Association (PCA) di Boston, Amerika Serikat yang berlangsung 16- 18 September 2012. Konferensi itu dihadiri wakil dari 100 negara produsen gumrosin dunia. Perhutani sebagai produsen gumrosin dan getah pinus terbesar di Asia Tenggara ikut serta dalam konferensi PCA sejak 2006.
“Ini adalah kali ketujuh yang kami ikuti,” tutur Bambang. Menurut dia, sumber bahan baku gondorukem adalah pinus merkusi. Saat ini, Perhutani memiliki lahan pinus 865.000 hektare (ha) dengan potensi sadapan 166.000 ha untuk tahun 2013. “Selain di Jawa, sumber bahan baku lain berasal dari Provinsi Bali, Sulawesi Selatan dan beberapa daerah lain di luar Jawa,” ujarnya.
Selama ini, menurut Bambang, sekitar 20% produk gondorukem Perhutani dijual ke pasar dalam negeri dan 80% lainnya diekspor ke sejumlah negara tujuan antara lain Jepang, India, Jerman, Amerika Serikat, Afrika, dan Australia. Untuk mencukupi pasokan pabrik, kata dia, selama 10 tahun ke depan, Perhutani telah merencanakan pengembangan tanaman pinus jenis unggul seluas 62.500 ha per tahun.
“Hasil sadapannya ditargetkan sebanyak enam metrik ton per tahun per hectare,” ucap dia. Di Indonesia selain lahan Perhutani, terdapat hutan tanaman pinus yang belum disadap sebanyak lebih dari 400.000 ha. Menurut Bambang, dalam konferensi tersebut juga menguat isu adanya peningkatan kebutuhan dunia terhadap bahan baku kimia alami seperti gumrosin.
Produk tersebut bisa dipakai untuk tinta, kosmetik, makanan, serta industri cat. “Prospeknya ke depan cukup baik dengan catatan produsen berkomitmen menjaga ketersediaan dan stabilitas harga dan kualitas,” ujar dia. Khusus untuk produk gondorukem dari Indonesia, menurut Bambang, diharapkan lebih fleksibel dan responsif terhadap perubahan pasar, terutama saat harga naik atau turun.
“Meskipun prospek bagus, kedepan persaingan juga makin ketat, sehingga efisiensi, inovasi dan teknologi harus terus dilakukan Perhutani agar produk selalu kompetitif dan memenuhi harapan customer,” paparnya. Keputusan Perhutani untuk membangun pabrik derivatif gumrosin di Pemalang, Jawa Tengah, adalah salah satu upaya untuk mendorong peningkatan produksi komoditas tersebut.
Pabrik Perhutani yang diresmikan pembangunannya oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan baru-baru ini diharapkan mampu menghasilkan nilai tambah 1,5 kali lipat dari pendapatan nonkayu Perhutani selama ini. PCA merupakan asosiasi internasional para produsen bahan olahan pohon pinus. Ajang konferensi PCA bertujuan untuk temu bisnis sekaligus membahas perkembangan perdagangan dari masing-masing negara produsen. Melalui konferensi ini, masing-masing produsen dapat langsung bekerja sama secara bisnis (b to b). (ant)
Investor Daily :: Jumat, 21 September 2012