ANTARANEWS.COM (08/05/2019) | Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Saradan, Jawa Timur berkomitmen untuk terus memperbaiki kinerjanya, salah satunya mengenjot perolehan pendapatan dari hasil hutan bukan kayu (HHBK).

“Hal itu dibuktikan dengan perolehan pendapatan pada triwulan satu yang membukukan uang sebesar Rp1,1 Miliar lebih dari kegiatan kerja sama tanaman agroforestry,” kata Administratur Perhutani KPH Saradan Noor Rochman dalam keterangan tertulisnya di Surabaya, Rabu.

Ia mengemukakan, perolehan itu berasal dari komoditi jagung, padi dan Nutella yang ditanam tumpangsari pada musim tanam pertama.

Ia menambahkan, melihat hasil pada musim taman pertama itu dia yakin jika target pendapatan dari agroforestry tahun 2019 bakal melampaui.

“Apalagi pada musim taman kedua nanti selain panen jagung dan padi, di wilayahnya juga akan panen raya umbi porang sekitar bulan Juli hingga Agustus 2019,” ujarnya.

Noor Rochman juga mengaku kalau tanaman agroforestry yang dikejasamakan dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) tahun 2019 di wilayah kerjanya saat ini seluas 2.432 hektare dengan target pemasukan sebesar Rp1,3 Miliar.

“Jika dibandingkan dengan luas tanaman agroforestry tahun 2018 yaitu seluas 4.552 hektare, maka luas tanaman tahun 2019 lebih kecil, apalagi target 2018 sebesar Rp2,1 Miliar hanya tercapai Rp1,4 Miliar,” katanya.

Menurutnya, peningkatan pemasukan untuk Perhutani juga akan meningkatkan pendapatan petani hutan yang memanfaatkan bahan Perhutani.

Ia menjelaskan, dampak positif lain dari kerja sama tanaman agroforestry dengan LMDH ini adalah menjadikan tanaman pokok kehutanan yang ditanam bersama tanaman tumpangsari ikut terjaga oleh mereka, terangnya.

“Selain itu pengembangan pertanian tanaman pangan di lahan hutan, juga sebagai penompang kehidupan masyarakat sekitar hutan dengan tetap menjaga peranannya sebagai stabilisasi dan peningkatan fungsi ekosistem,” katanya.

 
Sumber : antaranews.com
Tanggal : 8 Mei 2019