TIMESINDONESIA.CO.ID, BONDOWOSO (26/7/2016) | Perhutani siap mendukung pengembangan kopi Bondowoso dengan menyiapkan lahan hutan untuk penanaman kopi dengan konsep agroforestri atau wanatani. Hal ini menjadi solusi atas keterbatasan lahan budidaya kopi di luar areal hutan.
“Sekarang kalau kita mau mengembangkan kopi 10 ribu hektar di Pulau Jawa sepertinya sulit. Tapi kalau mau mengembangkan kopi 100 ribu hektar di hutan Pulau Jawa bukan hal yang sulit. Karena Perhutani mengelola hutan seluas 2,4 juta hektar,” ujar Suwarno, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Perhutani.
Dia mengungkapkan, saat ini luas tanaman kopi di lahan Perhutani, mulai dari Banten sampai Banyuwangi, mencapai 115 ribu hektar.
“Jumlah itu 10 persen kurang sedikit dibanding dengan kopi nasional. Dalam lima tahun ke depan akan mencapai 200 ribu hektar lahan kopi di hutan,” ujarnya saat talkshow “Membangun Jejaring kopi Nusantara” dalam Festival Kopi Nusantara 2016 di Bondowoso, Jawa Timur.
Saat ini, lanjutnya, luas lahan hutan yang ditanami kopi di Bondowoso sekitar 14 ribu hektar. Luasan tersebut mencapai 3 kali lebih besar dari luas perkebunan kopi di Bondowoso di luar hutan.
Terkait dengan konsep pengelolaannya, Suwarno mengingatkan agar hutan kopi ditata dengan konsep agroforestri/wanatani.
“Hutan kopi harus ditata dengan prinsip hutan tetap ada dan kopi juga bisa tumbuh,” ucapnya.
Konsep agroforestri dalam pengembangan kopi di Bondowoso dapat dilakukan dengan menanam kayu dan kopi pada luasan tertentu.
“Kita akan coba, di daerah yang cocok untuk ditanami kayu sengon divariasi dengan tanaman kopi. Sengon seluas 4 meter, kopi 10 meter,” ujarnya.
Guna mewujudkan hal tersebut, Perhutani telah menyiapkan lahan percontohan atau demplot (demonstration plot). Model pengelolaannya menggunakan sistem bagi hasil antara Perhutani dan masyarakat.
“Kita harus mengembangkan kopi jenis unggul, untuk ditanam masyarakat. Bibit kopi unggul dari Perhutani dijaga oleh masyarakat lalu hasilnya dibagi bersama,” terangnya.
Dia berharap, kawasan hutan yang dikelola dengan pola agroforestri antara kopi dengan sengon, benar-benar dapat dinikmati bersama antara Perhutani dengan masyarakat.
“Ini sesuai yang dikehendaki Presiden Jokowi agar Perhutani diminta membuka akses yang lebih besar kepada masyarakat,” tandasnya.
Suwarno yakin, produk kopi yang ditanam di hutan akan laku di pasar luar negeri. Dukungan dari berbagai pihak menjadi faktor yang menentukan terwujudnya hal tersebut. (*)
Pewarta : Ferry Agusta Satrioq
Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukma
Tanggal : 26 Juli 2016
Sumber : timesindonesia.co.id