PROBOLINGGO, PERHUTANI (03/02/2022) | Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Probolinggo memberikan sosialisasi penggunaan hormon tanaman kepada anggota Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Umbulsari sebagai petani penggarap di wilayah Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Probolinggo, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Klakah, Rabu (02/02).

Sebelumnya kegiatan tersebut telah dilakukan di BKPH Senduro SKPH Lumajang, dimana hasil penggunaan hormon tanaman tersebut sangat memacu pertumbuhan tanaman muda yang sudah membentuk batang walaupun dalam proses pelaksanaan penggunaannya kurang disiplin.

Administratur Perhutani KPH Probolinggo Ida Jatiyana mengatakan, tujuan pemakaian hormon tersebut untuk membuat tanaman yang berkualitas baik dari sisi tegakan maupun riap atau kesehatan dari pohon itu sendiri. “Jadi proses pemeliharaan tanaman masih terfokus mekanisme konvensional,” ujarnya.

“Dari sisi tegakan akan lebih bagus sehingga dapat panen lebih cepat, karena pertumbuhan riapnya juga lebih cepat dari pada tanaman pada umumnya sebelum menggunakan hormon tersebut,” kata Ida.

Menurutnya ada tiga hormon yang digunakan yaitu, auksin, sitokin dan giberelin. Ketiga hormon tersebut mempunyai fungsi sendiri sendiri, yakni auksin untuk menghambat aktivasi unas pada batang yang lebih rendah, memicu pertumbuhan sekunder, hingga memicu pembentukan akar.

Sedangkan sitokinin memiliki peran untuk memicu proses pembelahan sel, menunda pengguguran bunga, buah, dan daun. Hormon ini juga baik untuk memengaruhi pertumbuhan tunas dan akar, meningkatkan daya resistensi, dan menghambat menguningnya daun.

Dan hormon giberelin kata Ida, mempunyai fungsi penting dalam pertumbuhan batang menjadi terlalu panjang dan juga memicu perpanjangan secara abnormal batang utuh dan perkembangan bunga serta buah, tutupnya.

Sementara itu Wakil Administratur SKPH Lumajang, Marhendro mengatakan, agar pemakaian hormon dilaksanakan dengan tata waktu yang telah di tentukan.

Hal ini akan meringankan pekerjaan petugas di lapangan, karena jika tegakannya bagus dan sehat, sudah tidak memerlukan adanya penyulaman, sehingga tidak kerja dua kali, katanya.

Marhendro menambahkan, bahwa pengaruh hormon tersebut terhadap tanaman yang bergetah tergantung jenis pohonnya. Misalnya pemakaian hormon tersebut untuk pohon bergetah maka pohon pinus dan pohon damar bisa di sadap lebih awal dari waktu yang sudah di tentukan karena batangnya lebih sehat.

“Jadi pemakaian hormon tersebut bukan hanya menguntungkan tanaman pokok kehutanan saja, tetapi juga berpengaruh positif terhadap tanaman pertanian yang di kerjakan oleh petani penggarap di lahan hutan, kata Marhendro lagi.

Sementara itu salah satu petani penggarap, Tomo yang mengikuti sosialisasi itu mengatakan, setelah Perhutani memberi percontohan pemberian hormon atau vitamin pada tanaman muda, masyarakat sangat senang.

Menurut Tomo dengan pemakaian hormon tersebut untuk menghindari angka kegagalan tanaman, sehingga petani penggarap tidak perlu menylam sehingga tidak kerja dua kali, ujarnya.

“Kami juga diuntungkan karena penggunaan hormon tersebut ada manfaat untuk tanaman palawija disekitarnya menjadi tumbuh lebih bagus dari sebelumnya,” ucapnya. (Kom-PHT/Pbo/Rfk)

    

Editor : Uan

Copyright©2022