SWA.CO.ID (02/11/2022) | Pada 2022, ada momen penting bagi Perum Perhutani. Menginjak usia 61 tahun, BUMN yang memiliki tugas serta wewenang mengelola hutan negara di Jawa dan Madura ini punya tema besar: Perhutani Baru. Realisasinya, tema ini diterjemahkan dalam sejumlah usaha, antara lain hilirisasi, digitalisasi, dekarbonisasi, pengembangan industri biomassa, nature-based solutions, agroforestry tebu-herbal-porang secara mandiri, restrukturisasi anak usaha, dan rebranding bisnis ekowisata.

Usaha ini sejatinya tidaklah mudah. Contohnya, rebranding bisnis ekowisata. Perhutani mengelola lebih dari 800 titik objek wisata, yang pengelolaannya belum merata. Hanya segelintir destinasi yang terkenal, seperti Coban Talun dan Coban Rais di Kota Batu, serta Patuha Resort Tjiwideij di Bandung.

Menghadapi tantangan bukan hal baru bagi Perhutani. Di sepanjang usianya, beragam kendala telah dijalani. Namun, perusahaan ini tak pernah patah, rebah, dan berguguran seperti daun, dahan, serta ranting pohon yang rapuh. Bak pohon jati yang kokoh, BUMN yang diharapkan bisa mendukung sistem kelestarian lingkungan, sistem sosial budaya, dan perekonomian masyarakat perhutanan ini terus berbenah. Terbukti, tahun ini mereka mengusung tema Perhutani Baru sebagai penanda agility menghadapi era disrupsi yang begitu dinamis.

Dari sisi governance, Perhutani tak henti menyempurnakan diri. Saat ini, seperti diutarakan M. Denny Ermansyah, Direktur SDM, Umum, dan IT Perhutani, kantor pusat Perhutani sudah mendapatkan sertifikasi ISO 37001: 2016 Sistem Manajemen Anti-Penyuapan, sebagai salah satu bentuk core values “Amanah” yang digariskan Kementerian BUMN (AKHLAK: Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif).

Seraya memperkuat hal tersebut, Perhutani juga meningkatkan kapasitas serta kapabilitas SDM. Untuk menjaga kompetensi karyawan, dilakukan sertifikasi Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan Produksi Lestari. Ini merupakan salah satu bentuk values Kompeten.

Penggemblengan kompetensi ini belakangan dilembagakan lewat Business Management Development Program, sebagai platform menciptakan talenta serta pemimpin dari “kebun sendiri” (creating leaders from within). Dengan program terpadu, “Kebutuhan BOD 50% bisa dipenuhi dari internal, sementara kebutuhan GM/Senior Manager 99% dipenuhi internal,” ujar Denny.

Selain penggemblengan kompetensi, inovasi juga digalakkan. Di Perhutani, penerapan budaya inovasi dilakukan pada setiap satuan kerja. Untuk pengembangan lebih lanjut, Perhutani mengambil kebijakan strategis: riset dan inovasi dikelola Perhutani Forest Institute (PeFI) melalui Departemen Riset & Inovasi dalam bentuk database dan implementasi Innovation Award.

Perhutani memang menggelar Innovation Award. Tahun 2022, ada 31 judul riset, dan tiga judul yang diimplementasikan. Tahun 2021, masuk 27 judul riset, dan akhirnya yang diimplementasikan lima judul. Jumlah keseluruhan karyawan PeFI, menurut Denny, mencapai 174 orang. Departemen Riset & Inovasi memiliki 117 karyawan, dan ada 42 peneliti.

Beberapa contoh hasil Innovation Award yang berkontribusi signifikan adalah Inovasi Wisata Healing Forest, Inovasi Sosial Sociopreneur Ranca Upas Terintegrasi, dan Inovasi Teknology Self-Service E-ticketing pada lokasi Wana Wisata. Inovasi Riset yang berkontribusi signifikan adalah riset Biomassa, Sonokeling, Kayu Putih Unggul, dan Jati Plus Perhutani. Khusus Jati Plus Perhutani, ini merupakan pengembangan stek pucuk untuk merangsang pertumbuhan pohon jati sehingga bisa ditebang di umur 15-20 tahun. Sebelumnya, baru ditebang saat memasuki umur 30 tahun.

Yang menarik, dengan 16.597 karyawan, isu yang dihadapi Perhutani bukan hanya peningkatan inovasi produk atau pengelolaan hutan agar tetap hijau lestari. Perusahaan ini sangat erat bersentuhan dengan masyarakat desa, sehingga menuntut mereka bersikap harmonis dengan masyarakat sekitar.

Itulah sebabnya, Perhutani bukan melulu mengurusi produk kehutanan, melainkan juga relasi dengan stakeholders. Praktiknya, BUMN ini aktif menggelar program responsible business dalam rangka pemberdayaan masyarakat, seperti pembangunan sumur air bersih dan pipanisasi untuk mengurangi dampak kekeringan. Juga pemberdayaan usaha masyarakat atau kelompok pada sekitar desa hutan melalui pendanaan UMK agar bisnis mereka mandiri.

Sebagai BMUN yang di satu sisi wajib mencari laba, sementara di sisi lain menjadi ujung tombak pelestarian hutan, bertahun-tahun Perhutani memang berupaya menjaga keseimbangan lingkungan. Termasuk memitigasi risiko bencana tanah longsor atau banjir dengan penanaman bibit di daerah lahan kritis dan daerah aliran sungai. Atas pelaksanaan program-program responsible business, Perhutani diganjar Indonesia CSR Awards 2022 (kategori: The Best SDG’s Program Implementation) dari Economic Review, Juli 2022.

Menutup 2021, Perhutani tumbuh solid. Laba bersih 2021 mencapai Rp 405 miliar, naik dari 2020 (Rp 205 miliar). Raihan tersebut merupakan buah dari pendapatan usaha 2021 (Rp 4,7 triliun), yang didominasi (80%) kayu dan getah.

Ke depan, tantangan yang dihadapi Perhutani tentu semakin besar. Namun dengan penguatan governance, kompetensi SDM, serta inovasi, BUMN ini siap menyeimbangkan tugas mencetak profit dengan tugas menjaga rimba dan melestarikan negeri. (*)

Sumber : swa.co.id

Tanggal : 02 November 2022