Perum Perhutani dapat dikatakan pihak yang paling sumringah dengan keputusan penundaan perluasan Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda. Kepala Unit III Perum Perhutani Bambang Setiabudi mengatakan, keputusan Gubernur Jabar tersebut dinilai sudah tepat. Melihat kondisi dan perkembangan di lapangan, eksistensi hutan lindung di utara Bandung dan utara Sumedang dinilai mampu menjadi solusi cukup ampuh.
Disebutkan, Perhutani Unit III sangat mengapresiasi keputusan Gubernur Jabar tersebut, apalagi masyarakat desa hutan kini jauh lebih arif. Menurutnya peran serta masyarakat yang mampu diandalkan untuk menjaga keamanan hutan, dan sudah terasa hasilnya.
“Perhutani Unit III juga sangat keberatan hutan lindung dijadikan tahura karena ada kesan keliru seolah-olah hutan lindung tak optimal dalam urusan pelestarian lingkungan. Padahal lewat hutan lindung, kepentingan pelestarian lingkungan menjadi terpenuhi sekaligus mengakomodasi urusan sosial-ekonomi masyarakat lokal,” kata Bambang.
Ia bersama Wakil Kepala Unit III Perhutani, Dadang Hendaris juga mengatakan, selama ini tak pernah diajak oleh pihak-pihak yang mengajukan perluasan Tahura Djuanda, kendati pun dinyatakan mereka dilakukan sejak tahun 2006. Padahal selama masyarakat desa hutan di utara Bandung dan utara Sumedang banyak yang mengikuti program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), kondisi hutan setempat sudah kondusif karena mereka dapat mencari nafkah di hutan lindung setempat.
Dadang Hendaris mengatakan, PHBM yang dilakukan pada berbagai kawasan hutan lindung dan produksi merupakan salah satu kebijakan Gubernur Jabar sejak tahun 2003 yang kemudian menjadi kebijakan tetap.
Konservasi
Sementara Kepala Dinas Kehutanan Jabar, Anang Sudarna sebelumnya mengatakan, keinginan perluasan Tahura Djuanda lebih pada kepentingan konservasi di kawasan cekungan Bandung. Selain itu juga menjadi lokasi pelestarian berbagai plasma nutfah Jabar, mulai tumbuhan sampai hewan yang memang dinilai sangat perlu dilakukan.
“Rencana semula perluasan tahura akan diisi berbagai plasma nutfah, misalnya monyet surili. Selain itu banyak pula pohon-pohon langka yang dapat ditanam untuk kepentingan penelitian yang jumlahnya ribuan spesies,” katanya.
Nama Media : PIKIRAN RAKYAT
Tanggal : Senin, 24 Januari 2011/h. 17
Penulis : Kodar Solihat