SUBANG (Suara Karya): PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) merintis pembangunan hutan pendidikan iklim di Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, sejak setahun lalu.
Menurut Community Development Team Leader PHE ONWJ Agus Sudaryanto, pembangun hutan pendidikan yang merupakan bagian dari program tanggung jawan sosial perusahaan (corporate social responsibility /CSR) tersebut diharapkan bisa selesai dalam dua tahun ke depan. ”Kita komitmen akan membangun hutan pendidikan di lahan seluas kurang lebih. 2,5 hektare (ha) dalam dua tahun kedepan bisa selesai,” katanya dalam kunjungan di Desa Cilamaya, Blanakan, Subang, akhir pekan kemarin.
Dia mengatakan, hutan pendidikan tersebut berperan sebagai pusat pembelajaran perubahan iklim bagi masyarakat. Saat ini, secara fisik areal tersebut belum dapat dikatageorikan hutan mengingat vegetasi yang ada masih dalam status pancang dan tiang. Untuk mewujudkan gagasan tersebut, kata dia, PHE ONWJ bekerja sama dengan berbagai pihak, yakni dengan Komite Pembangunan Masyarakat setempat, sekolah-sekolah, serta pihak lainnya.
”Kita kerja sama dengan banyak pihak, mulai dari Perhutani, pemerintah daerah, masyarakat dan sekolah-sekolah. Selain itu, pihak Kebun Raya Bogor juga akan memberikan bantuan pohon-pohon yang sesuai dengan kondisi tanah di hutan pendidikan Blanakan ini,” ujarnya.
Dia mengatakan, PHE juga telah menggelar berbagai kegiatan CSR dalam pro-ekonomi, pendidikan, lingkungan dan kesehatan dengan target utama masyarakat wilayah pesisir.
Salah seorang pemprakarsai hutan pendidikan Blanakan Kadapi mengatakan, keberadaan hutan pendidikan tersebut akan sangat membantu dunia pendididikan. Di samping itu, hutan pendidikan sebagai hutan wisata itu akan mendorong kemajuan daerah, berharap perhatian pemerintah dan perusahaan ONWJ -red) lebih ditingkatkan. Saat ini jalan rusak, dahulu saya jual kambing buat beli sirtu (Pasir batu) biar jalan ini dilalui karena di pinggir sawah tanahnya basah,” Kadapi yang merupakan mantan narapidana Kambangan itu.
Pada kesempatan yang sama, anggota Komite Pemberdayaan Masyarakat Ade Tohidin mengatakan, pemberdayaan masyarakat nelayan di Blanakan telah meningkatkan penghasilan masyarakat. Program ekonomi digulirkan dalam bentuk modal stimulan untuk pengrajin ikan asin. “Program pengolahan ikan asin pakai skema dana bergulir masing-masing Rp 5 juta. Dari 5 kelompok terdiri 10 orang sekarang menjadi 8 kelompok,” ujarnya.
Selain itu, juga diberikan bantuan mesin bergulir mesin untuk kapal nelayan. ”Kita juga jalankan program kesehatan berupa PMT (pemberian makanan tambahan) balita dan ibu hamil. Kemudian, sanitasi lingkungan di komplek nelayan dan air bersih. Sebab pemukiman nelayan selama ini dikenal kotor. Ini fokus kita,” katanya. (AChoir)
Sumber : Suara Karya, Hal. 7
Tanggal : 19 Mei 2014