Perhutani Intensifkan Areal Sekitar Hutan di Pulau Jawa

BANDUNG, KOMPAS – Perum Perhutani mulai tahun ini mengintensifkan penanaman kopi di sekitar hutan di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Selain prospek bisnisnya bagus, tersedia potensi lahan 46.000 hektar. Selain itu, tanaman kopi bagus untuk konservasi lahan.

Di sela-sela pertemuan dengan pelaku usaha kopi di Bandung, Jawa Barat Jumat (19/2), Direktur Utama Perum Perhutani Mustoha Iskandar mengatakan, selama ini penanaman kopi yang dilakukan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) tidak intensif Padahal, tersedia potensi lahan 46.000 di seluruh Pulau Jawa yang siap dikembangkan untuk tanaman kopi Petani juga sudah berpengalaman sebab mereka sudah mengembangkan tanaman ini.

“Ke depan kami ingin mengintensifkan tanaman kopL Hasilnya ditampung Kesatuan Pe-mangkuan Hutan (KPH) Perhutani di masing-masing daerah,”ujar Mustoha.

Selama ini Perhutani dan LMDH melakukan kerja sama penanaman kopi melalui program pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM). Dalam program itu. Perhutani juga mempunyai bagian dari produksi kopi, dan yang dibeli nanti adalah produksi kopi bagian masyarakat

Dengan pola itu, kata Mustoha, petani tidak perlu repot-repot memasarkan produknya keluar. Untuk proses bisnis ini. Perhutani harus membentuk perusahaan, yang pemilik sahamnya terdiri atas pelaku usaha di bidang kopi Badan usaha ini menghimpun mereka yang selama ini berkecimpung di kopi sehingga akanmudah didorong menjadi eksportir kopi nasional.

Rendah

Selama ini produktivitas tanaman kopi LMDH baru 1,5 kilogram hingga 2 kilogram per pohon untuk setiap kali panen. Selain bibitnya asal-asalan, pola budidaya yang dilakukan petani juga tidak mengikuti kaidah pertanaman yang baik. Produktivitas itu sangat rendah. Padahal lahan hutan di Bandung selatan dan Banyuwangi, Jawa Timur, misalnya, cukup bagus untuk pengembangan kopi

“Dulu petani membeli benih kopi yang tidak bersertifikat Setelah ditanam juga tidak dipupuk dan dipelihara dengan baik sehingga hasilnya rendah,” ujar Ketua Paguyuban LMDH Kabupaten Garut Taufik Farhan.

Di sekitar hutan di Garut di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut kini banyak ditanami kopi jenis arabika. Untuk lahan hutan di bawah 800 meter di atas permukaan laut ditanamkopi robusta.

Sampai sekarang, kata Taufik, baru 75 LMDH yang menanam kopi arabika. Satu LMDH terdiri atas 50 keluarga hingga 100 keluarga petani desa hutan. Mereka menanam di sekitar 75572 hektar lahan hutan melalui program PHBM.

Tanaman kopi dirasakan Taufik mampu meningkatkan kesejahteraan petani Dulu anak-anak petani di sekitar hutan, pendidikan SD pun tidak tamat Setelah ada tanaman kopi walaupun belum intensif, anak-anak itu sudah ada yang tamat SMA. Bahkan, beberapa di antaranya sudah berpendidikan perguruan tinggi

Taufik mengemukakan, 10 tahun lalu seorang Ketua LMDH di kota Garut menggunakan ojek dan naik angkot ketika datang ke lokasi rapat Tiga tahun jadi Ketua LMDH, ia mulai naik sepeda motor. Lima tahun kemudian ia sudah naik mobil. “Penghasilan petani meningkat walaupun mereka tidak memiliki lahan,” kata

Taufik.

Kini hasil panen kopi petani LMDH Garut bisa mencapai 1.500 ton kopi basah.

Di luar petani hutan, usaha perkebunan rakyat kopi unggul yang memiliki cita rasa khas Jawa Barat atau dikenal sebagai kopi Java Preanger juga terus menggeliat Baik dari aspek budidaya, pengolahan, maupun berkembangnya pasar, produksi komoditas ini terus meningkat seiring meningkatnya konsumsi

Untuk mendukung itu. Dinas Perkebunan Jabar awal Januari lalu membagikan bibit unggul kopi arabika kepada 65 kelompok tani di 11 kabupaten. Kepala Dinas Perkebunan Jabar Arief Santosa menjelaskan, tahun 2008 luas kebun kopi rakyat di Jabar hanya 26.000 hektar. Pada tahun 2014 bertambah menjadi 32.486 hektar. Perkebunan tersebar di 18 kabupaten dan kota

Tahun 2008 Jabar hanya menghasilkan 9.840 ton kopi Tahun 2014 produksi mencapai 12.943 ton. (DMU)

Sumber : Kompas, hal. 20
Tanggal : 20 Februari 2016