Radar Solo, WONOGIRI – Warga Desa Ngancar, Kecamatan Giriwoyo dibuat pusing hadirnya koloni kera di kampung mereka. Keberadaan kera-kera tersebut sejak beberapa pekan terakhir sering menjarah tanaman pangan dan kehidupan warga setempat.

Pengaduan warga ini disampaikan kepada Bupati Wonogiri Danar Rahmanto ketika mengunjungi Desa Ngancar beberapa hari lalu. Danar mengaku heran.

Sebab, aksi kawanan kera itu lain dari kebiasaan yang pernah terjadi. ”Biasanya, kera itu turun gunung saat musim kemarau karena di gunung tidak ada air dan sulit makanan. Tapi, ini kok musim hujan malah monyetnya turun gunung,” katanya.

Yang lebih aneh, monyet tersebut seperti sudah mengalami kemajuan dalam cara berpikir. Contohnya, monyet mampu membuka magic jar untuk mengambil nasi di dalamnya. Contoh lainnya, kawanan kera itu mampu menghidupkan lampu untuk menerangi rumah yang mereka masuki. Menyikapi hal ini, Danar mengatakan akan minta jajarannya di bagian pemerintah desa, dinas kehutanan dan perkebunan untuk berkoordinasi dengan perhutani.

Danar ingin segera ada penjelasan mengapa kawanan monyet itu sampai turun untuk mencari makanan di musim penghujan seperti saat ini. Sebab, logikanya, di saat seperti ini, banyak makanan yang ada di atas gunung yang merupakan habitat kera. Kepala Desa Ngancar Didik Purwanto mengatakan, saat turun gunung, kawanan kera itu jumlahnya ratusan. Mereka kemudian menjarah tanaman pangan di lahan pertanian yang berada tak jauh dari kaki gunung.

Celakanya lagi, di saat lain, kawanan primata itu turun ke perkampungan. Bahkan, sampai masuk rumah. ”Monyet-monyet ini datang untuk mencari makanan. Ada laporan ke saya kalau monyet ini bisa membuka magic-jar dan menjarah nasi di dalamnya. Juga ada yang menyalakan lampu listrik. Yang paling sering ditamui kawanan kera ini adalah di Dusun Ngancar dan Karangasem,” katanya.

Selain menjarah makanan dari dalam rumah dan tanah-tanah pertanian, kadang kawanan kera itu juga betingkah lebih. Di antaranya adalah menyerang ternak peliharaan penduduk serta merusak genting kala mereka gagal mendapatkan makanan atau diusir. Warga mengaku waswas ketika mencoba menghalau kawanan tersebut. Jumlah kera yang banyak membuat warga khawatir kawanan itu akan berbalik dan menyerang.

Karena kondisi itu, Didik berharap ada tindakan atau saran dari pemerintah agar kera-kera itu tak lagi turun ke tanah pertanian dan pemukiman penduduk. Sementara, menurut data, serangan kera di Ngancar itu merupakan hal yang baru. Sebelumnya, tidak pernah ada laporan serangan primata di desa tersebut. (aw/bun)

Radar Solo | 16 Januari 2014 | Hal. 10