RADARPEKALONGAN.COM, KAJEN (15/8/2016) | Pemkab Pekalongan siap menggelontorkan dana sebesar Rp13miliar pada tahun 2016 ini untuk pengembangan wilayah di Kecamatan Petungkriyono. Gelontoran dana tersebut bakal dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur sepanjang 30 kilometer. Yakni dari ujung utara di Jalur Kroyakan sampai ke Desa Gumelem, atau perbatasan Banjarnegara.

Hal tersebut diungkapkan Bupati Pekalongan Asip Kholbihi, kemarin. Pihaknya telah menyiapkan Rp13miliar untuk infrastruktur di tahun ini. Apabila kurang, maka akan ditambah di 2017. “Kita juga akan kerjasama dengan Perum Perhutani untuk rencana pelebaran jalannya juga,” ujar Asip Kholbihi.

Menurutnya, hutan lindung di Petungkriyono merupakan satu-satunya hutan alam yang tersisa di Pulau Jawa dan menjadi paru-paru di Jawa Tengah. Keberadaan hutan di Petungkriyono diharapkan bisa bermanfaat bagi masyarakat.

“Agar bisa bermanfaat bagi masyarakat, maka dalam pengelolaan hutan itu membutuhkan banyak ide dan kreativitas, serta kerja sama dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan Yayasan Kehutanan Indonesia dan Perum Perhutani dalam mengelola hutan lindung Petungkriyono menjadi Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK),” ujarnya.

Rencana pembangunan infrastruktur tersebut disambut positif warga Kota Santri. Sebab, kemajuan pariwisata di Petungkriyono dirasa perlu diimbangi dengan pembangunan infrastruktur yang memadai.

“Perkembangan wisata di Petungkriyono yang pesat harus dibarengi dengan pengembangan infrastruktur, salah satunya akses menuju lokasi. Saat ini, jalan utama di Kecamatan Petungkriyono banyak yang rusak,” kata warga Kedungwuni, Umam (26).

Pesatnya perkembangan wisata Petungkriyono sendiri dapat dilihat dari munculnya banyak objek wisata baru di daerah tersebut.

Camat Petungkriyono, Agus Purwanto mengatakan, di wilayah Petungkriyono saat ini sedikitnya ada sepuluh tempat tujuan wisata yang ramai dikunjungi masyarakat. Di antaranya, Curug Sibedug, Kedung Sipingit, Welo River, Curug Lawe, Goa Macan, Curug Bajing, Curug Muncar, Puncak Kendalisodo, Puncak Tugu, Puncak Rogojembangan, dan beberapa situs sejarah seperti situs Nogopertolo, situs Gedong, dan makam Kiai Majasuta.

“Ekowisata di Petungkriyono mulai dikembangkan tahun 2014 dan saat ini tengah booming. Saat libur syawalan kemarin saja, ada sekitar lima ribu pengunjung yang datang ke Curug Bajing,” terang dia (yan)

Tanggal : 15 Agustus 2016
Sumber : Radarpekalongan.com