IDNTIMES.COM (03/09/2021) | Beberapa pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kini masuk dalam rantai pasok BUMN. Ini sebagai salah satu cara meningkatkan peran pelaku usaha kecil dan juga menekan ketergantungan impor.

Masuknya para UMKM ke rantai pasok BUMN terwujud dengan adanya kerja sama antara Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian BUMN. Kerja sama itu dituangkan dalam penandatanganan nota kesepakatan tentang Kemitraan Koperasi, UMKM/IKM dalam Rantai Pasok BUMN.

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengatakan dengan kemitraan ini, peluang usaha UMKM semakin luas dan tak hanya didominasi oleh bisnis membuat makanan ringan seperti keripik.

“Jadi kemitraan UMKM dan BUMN dalam rantai pasok ini saya kira salah satu terbososan. Kalau gak nanti UMKM hanya bikin kerapak, keripik, kerupuk terus,” kata Teten dalam konferensi pers yang ditayangkan virtual, Jumat (3/9/2021).

1. Nilai kerja sama tembus Rp52 miliar

Pada tahap pertama ini, ada 9 UMKM yang berhasil terpilih untuk masuk ke dalam rantai pasok 6 BUMN. Adapun 6 BUMN tersebut antara lain PT Pertamina, PT PLN, Kimia Farma, Perhutani, lalu Krakatau Steel, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Nilai kerja sama itu mencapai Rp52 miliar.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, peran para UMKM yang juga masuk dalam kategori industri kecil dan menengah (IKM) akan memberikan kepastian ketersediaan pasokan bahan baku untuk BUMN.

“BUMN juga diharapkan bisa dapat jaminan pasokan bahan baku yang sesuai standarnya, serta dapat meningkatkan penggunaan produk dalam negeri,” kata Agus.

Dengan demikian, kerja sama ini bisa menekan ketergantungan BUMN terhadap impor bahan baku.

“Kemitraan ini juga mendukung kebijakan substitusi impor yang bertujuan untuk menurunkan impor pada industri-industri yang memiliki nilai impor besar, simultan dengan peningkatan utilisasi produk seluruh sektor industri pengolahan,” ucap Agus.

2. Sederet UMKM yang masuk rantai pasok BUMN

Adapun para UMKM yang masuk dalam rantai pasok BUMN antara lain, PT Ansi Mega Instrumenindo yang menyuplai modular Pertashop Pertamina seperti tangki, dispenser, dan kelengkapan jasa pemeliharaan. Nilai kerja sama Rp2,3 miliar sampai semester II-2021.

Lalu, ada juga CV Tripeta Engineering sebagai off taker produk pengecoran logam untuk PLN dengan nilai kerja sama Rp 3,7 miliar selama 3 semester, dan juga PT Baja Kurnia dengan nilai kerja sama Rp600 kita selama 3 semester.

Sementara itu, Kimia Farma melihat potensi sektor hulu untuk produk secondary dan tertiary packaging bisa dikembangkan. Sedangkan sektor hilir digenjot dengan pemasaran pemasaran produk herbal UMKM di KF outlet melalui SMESCO.

Ada dua UMKM yang bekerja sama dengan Kimia Farma, yakni PT Soka Cipta Niaga (nilai kerja sama Rp750 juta selama 1 tahun), dan CV Citra Hidup Alami (nilai kerja sama Rp2,4 miliar selama 1 tahun).

Selanjutnya, Perhutani melanjutkan kemitraan eksisting dengan 2 UMKM yaitu CV Mega Kusuma untuk produk pupuk kandang dengan nilai Rp1,1 miliar selama 1 semester, dan CV Poetra Jaya untuk produk briket dengan nilai Rp487,2 juta selama 1 kuartal.

Sedangkan, RNI mengoptimalkan kemitraan eksisting dengan UMKM petani yang tergabung dalam BUMDes Pandawa dengan nilai kerja sama Rp41,3 miliar selama 1 tahun.

Terakhir, Krakatau Steel mengembangkan kemitraan dengan CV Byakta Prakarsa sebagai sebagai pemasok jasa repair dan pembuatan part mechanical dengan nilai kerja sama Rp500 juta selama 1 tahun.

3. Erick Thohir minta kualitas produk dan jasa UMKM dipertahankan

Dengan kerja sama ini, Menteri BUMN, Erick Thohir meminta para UMKM yang terpilih tersebut mempertahankan kualitas produk baik barang maupun jasanya. Pasalnya, kerja sama yang dilakukan ini mempunyai dampak besar terhadap industri BUMN.

“Itu juga yang saya harapkan kepada Kemenperin untuk memastikan, karena ini adalah bagian daripada jantung industri PLN, Pertamina, ini kurasi dan standarnya harus betul-betul sesuai,” kata Erick.

Erick mengatakan hal tersebut wajib dipertahankan agar standar pelayanan para BUMN tidak menurun.

“Karena penting sekali keberpihakan TKDN Kementerian BUMN atau para BUMN ini memastikan tidak menurunkan standar daripada bagaimana BUMN bisa terus bersaing di market dan pasar global,” ujar Erick.

 

Sumber : idntimes.com

Tanggal : 03 September 2021