PURWODADI, PERHUTANI (06/11/2025) | Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwodadi melalui Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bandung melaksanakan kegiatan pemeliharaan tanaman tebu yang terdampak penyakit Luka Api (Red Rot) di Petak 62F, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Pekuwon, pada lahan Agroforestry Tebu Mandiri seluas 9,3 hektare, pada Kamis (06/11).
Kegiatan ini dilakukan sebagai langkah antisipatif untuk menjaga produktivitas dan keberhasilan tanaman tebu pada musim panen mendatang. Pemeliharaan difokuskan pada penggantian atau penyulaman tanaman yang mati serta pembersihan bagian tanaman yang terinfeksi agar penyebaran penyakit tidak meluas ke area lain.
Penyakit Luka Api (Red Rot) merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman tebu yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum falcatum. Penyakit ini biasanya menyerang batang tebu dan ditandai dengan munculnya warna merah kecokelatan pada jaringan batang, bau busuk khas, serta daun yang mengering dari pucuk ke bawah. Jika tidak segera ditangani, serangan Luka Api dapat menurunkan kadar gula dan hasil panen secara signifikan, bahkan menyebabkan kematian tanaman secara massal di area terdampak.
Administratur KPH Purwodadi, Untoro Tri Kurniawan, menyampaikan bahwa kegiatan pemeliharaan ini merupakan bentuk tanggung jawab Perhutani dalam menjaga keberlanjutan program Agroforestry Tebu Mandiri.
“Perhutani berkomitmen menjaga kualitas dan keberhasilan program Agroforestry Tebu Mandiri. Penanganan dini terhadap serangan penyakit Luka Api ini sangat penting agar produktivitas tebu tetap optimal dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bandung, Sri Purwanto, menambahkan bahwa kegiatan ini juga menjadi bagian dari evaluasi rutin terhadap kondisi tanaman di lapangan.
“Perhutani terus melakukan pemantauan intensif terhadap perkembangan tanaman tebu. Begitu ada tanda-tanda serangan penyakit, tim lapangan segera melakukan tindakan pengendalian dan penyulaman agar tidak berdampak luas. Dengan cara ini, kami berharap tingkat keberhasilan tanaman saat panen bisa tetap tinggi,” jelasnya.
Di sisi lain, Slamet, salah satu tenaga kerja lapangan dari warga sekitar yang turut terlibat dalam kegiatan ini, mengaku senang bisa berpartisipasi sekaligus memperoleh tambahan penghasilan dari kegiatan pemeliharaan tersebut.
“Kami ikut membantu mengganti tebu yang mati dan membersihkan yang rusak karena Luka Api. Selain bisa menambah pendapatan, kami juga merasa ikut punya tanggung jawab menjaga lahan hutan ini supaya tetap produktif,” ujarnya.
Melalui kegiatan pemeliharaan ini, Perhutani berharap program Agroforestry Tebu Mandiri di BKPH Bandung dapat terus berjalan dengan baik, menghasilkan panen yang optimal, serta menjadi bukti nyata kolaborasi antara Perhutani dan masyarakat dalam mengelola hutan secara produktif, berkelanjutan, dan lestari. (Kom-PHT/Pwd/Aris)
Editor: Tri
Copyright © 2025