Perum Perhutani menyiapkan kawasan hutan seluas 150.000 hektare untuk diberdayakan sebagai sumber produksi tanaman pangan tumpang sari di sejumlah daerah di Pulau Jawa.

Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto mengungkapkan, tanaman jagung akan menjadi varietas primer dengan alokasi lahan seluas 80.000 ha, menyusul tanaman padi seluas 55.000 ha dan kedelai 15.000 ha.

Menurut Bambang, Jawa Barat akan menjadi kantong produksi utama karena masih memiliki kawasan hutan yang cukup luas ketimbang propinsi lain di pulau Jawa. Dia menargetkan produksi pangan dari lahan tumpang sari di bumi Pasundan dapat mencapai 127 ton setiap musim panen.

Bambang berharap sejumlah lahan tumpang sari Perhutani mulai menunjukkan peningkatan produksi sebagai salah satu upaya mendukung program surplus pangan sebesar 10 juta ton mulai 2014.

Kelompok tani, serunya, akan terus disokong saluran dana yang diperoleh dari subsidi pangan untuk pengadaan pupuk dan bibit. “Tidak mudah memang memotivasi masyarakat meningkatkan produktivitas lahan milik terutama lahan usaha tani yang bukan sawah. Tapi secara bertahap akan dipacu melalui intervensi subsidi,” ungkapnya pada acara panen raya padi di desa Wanawali Kabupaten Purwakarta, Minggu 25 Maret 2012.

Bambang mencatat, pemanfaatan kawasan hutan produksi sebagai agroforestry telah memberikan kontribusi cukup besar dalam menjamin ketahanan pangan. Program tumpang sari memasok 13,5 juta ton dengan nilai ekonomi mencapai Rp 9,1 triliun. Potensi pangan lahan tumpang sari berupa padi sebanyak 856.802 ton, jagung 7,1 juta ton, kacang-kacangan 635.441 ton, dan jenis pangan lainnnya yang mencapai 4,95 juta ton. Sepanjang tahun lalu, pemanfaatan kawasan hutan untuk tanaman pangan tumpang sari telah mencapai 16,4 juta ha. “Kami juga telah merehabilitasi hutan rakyat siap pakai untuk kegiatan tumpang sari ini kira-kira seluas 6,3 juta ha,” ungkapnya.

Terus didorong
Di tempat yang sama, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengakui, kontribusi sektor kehutanan dalam penyediaan pangan secara tradisional akan terus didorong. Selain itu, Kemenhut juga akan membantu peternak dan penangkaran rusa dalam mengembangkan produk pangan hewani melalui pengadaan kawasan hutan.

Kemenhut, imbuh Zulkifli, akan menyediakan lahan seluas 200.000 ha di Kalteng, Kaltim, dan Kalbar. Dia berharap ke depan sebagian produk pangan baik nabati maupun hewani akan menjadi komoditas ekspor Indonesia. “Jangan sampai ada lahan potensial yang kosong. Pengembangan hutan masyarakat harus dioptimalkan sepenuhnya sebagai sumber pangan, energi, dan air,” ujarnya.

Menurut Zulkifli, Kemenhut akan menyiapkan sejumlah langkah strategis termasuk meningkatkan cadangan pangan nasional melalui budidaya tanaman pangan di kawasan hutan tanpa mengubah fungsi hutan.

Selain itu, tambahnya, kualitas daerah aliran sungai (DAS) prioritas akan ditingkatkan sebagai fungsi hidrologis bagi pengembangan hutan desa. Kemenhut menargetkan revitalisasi 108 DAS prioritas di seluruh Indonesia da-pat terealisasi dalam jangka waktu 5 tahun. ? bio

SURABAYA POST :: 26 Maret 2012 Hal. 4