Sebagai pemasok air, Daerah Aliran Sungai (DAS) memiliki peran penting terhadap pelestarian kawasan hutan.

Kasus ilegal logging yang sering terjadi saat ini, menimbulkan kekhawatiran sejumlah pihak terutama perum perhutani sebagai salah satu kesatuan Pemangku Hutan (KPH) yang membawa dampak pada kualitas, kuantitas dan keteraturan aliran air dari hulu.

Direktur Bina Hutan dan Sosial, Kementerian Kehutanan RI, Hariyadi setelah seminar region Jawa di Pusdiklat Perhutani Madiun mengatakan, tidak berfungsinya DAS saat ini baik di dalam maupun di Luar hutan mencapai 1,9 juta hektar.

Menurut Hariyadi, menindaklanjuti hal tersebut, tidak dimungkinkan melakukan restorasi, sehingga untuk mengurangi degradasi tersebut, pihaknya menghimbau perhutani untuk melakukan rehabilitasi dengan tidak berbentuk keproyekan.

Hariyadi menambahkan perlu adanya keberanian untuk menentukan kabupaten/kota mana yang membawa dampak, sehingga harus terjalin komunikasi yang baik antara perhutani dengan kepala daerah masing-masing wilayah.

“Didalam hutan maupun di luar hutan itu sudah 1,9 juta hektar. Sementara DAS kita sebagai pemasok air ini baru saja ditangani secara sungguh-sungguh. Itu aja kita masih perkuat koordinasi antar sektor. Kalau salah satunya, saya katakan tidak mungin restorasi lagi karena sudah terlalu rusak. Namun kita bisa kurangi degradasi dengan rehabilitasi. Tentunya tidak berbentuk keproyekan tapi secara bersama-sama dengan pemberdayaan masyarakat. Bupatinya ini harus kita ajak duduk bareng, tapi sekarang aja bupati dan gubernurnya partainya macam-macam, ya harus kesana,” paparnya, Selasa (27/8/2013).

Sementara itu, Direktur Utama Perum Perhutani, Bambang Sukmananto menegaskan kedudukan hutan khususnya di Jawa sangat dekat dengan wilayah perkotaan. Hal itu menjadi kendala dalam menjaga ekosistem. Bambang Sukmananto menambahkan banyaknya tekanan yang diterima hutan menjadikan hutan jawa mengalami degradasi.

“Begitu besarnya tekanan yang harus diterima oleh hutan telah menjadikan hutan jawa mengalami degradasi yang luar biasa. Hutan menjadi sangat rentan terhadap pengaruh dinamika sosial, ekonomi bahkan politik. Fenomena ini tentunya menjadi cukup tercatat perhutani tahun 90an dimana hutan-hutan di pantai utara jawa hampir semuanya habis,” ungkapnya.

Menanggapi hal itu, perlu adanya rehabilitasi kawasan hutan dengan menanam bibit unggul, tidak hanya terkesan hijau tetapi juga harus memilih jenis komoditi dan penentuan lokasi yang produktif. (Eka Wulan/YY)

Jurnalis : Eka Wulan
RRI.co.id | 28 Agustus 2013 | 07.20