PELIBATAN BUMN dalam program gerakan menanam satu miliar pohon menjadi sedemikian penting, Hal ini dikarenakan BUMN memiliki jenis usaha yang langsung bersentuhan dengan sektor strategis seperti kehutanan, Tak pelak, bagi Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, menggandeng BUMN dalam menjalankan program tersebut menjadi keharusan, Pekan lalu Kementerian Kehutanan dan Kementerian BUMN melaunching program gerakan menanam satu miliar pohon. Di sela kesibukannya kepada Jurnal Nasional, Zulkifli menaruh harapan kepada BUMN. Seperti apa harapan itu, berikut petikan wawancaranya di Jakarta, kemarin
BUMN telah melaunch program untuk menyukseskan gerakan menanam satu miliar. Bagaimana Anda melihatnya?
Seperti saya sampaikan dalam sambutan di acara launching itu, saya merupakan orang yang paling berbahagia. Sebab dengan partisipasi kalangan BUMN yang dem.ikian antusias, saya merasa target menanam satu miliar pohon tahun ini akan semakin mendekati kenyataan. Saya optimistis target yang dicanangkan Bapak Presiden itu bisa kita capai. Sejak saya menandatangani MoU dengan Menteri Negara BUMN pada 6 Mei lalu, saya melihat antusiasme kalangan BUMN untuk menyukseskan program ini sangat tinggi.
Apa arti strategis keterlibatan BUMN dalam program ini?
Sangat strategis. Bayangkan, saat ini ada 141 BUMN, yang sudah menandatangani MoU dengan Perhutani ada 43 BUMN, dengan total pohon yang akan ditanam mencapai lebih dari 13 juta pohon. ltu belurn termasuk kontribusi Perhutani sendiri yang akan menanam 100 juta pohon, dan Inhutani I sampai V yang akan menanam 120 juta pohon. Jadi total akan ada lebih dari 230 juta pohon. Ini kan luar , biasa, sudah lebih seperempat dari total target kita. Itu pun belurn mencakup semua BUMN. Saya melihat kontribusi kalangan BUMN -cukup menggembirakan. Sebelumnya saya hadir di acaranya BRI, mereka juga meluncurkan program menanam pohon. Begitu juga Antam, BTN, Bukit Asam, dan lain-lain. Mereka menjadikan menanam pohon sebagai tradisi baru dalam merayakan hari jadi atau momen-momen lainnya, Ini tentu sangat menggembirakan. Jadi saya yakin kontribusi BUMN akan jauh lebih besar dari itu.
Perum Perhutani sendiri sebagai BUMN yang mengelola kawasan hutan di jawa, sudah mengembangkan banyak program untuk menyukseskan penanaman 1 miliar pohon, dan upaya menekan emisi karbon pada urnumnya. Mereka sudah menandatangani MoU dengan SG Consulting dari Korea Selatan untuk mengembangkan mekanisme REDD bekerja sama dengan pemerintah Norwegia dan institusi multinasional seperti IFC dan ADB. MoU ini merupakan skema REDD pertama di dunia, sehingga akan menjadi kontribusi besar kita bagi dunia.
Bagi BUMN apa pentingnya menanam pohon?
Kita harus melihatnya dari perspektif yang luas, jangka pendek maupun panjang. Di kalangan korporasi global saat ini sudah berkembang kesadaran, bahwa sebuah korporasi tidak boleh hanya berorientasi pada keuntungan atau profit, tapi juga pada manusia atau people, dan bumi atau planet. Paradigma yang dikenal sebagai Triple P ini relevan untuk memosisikan perusahaan dalam konteks problematika global saat ini. Bahwa sebuah perusahaan hidup di tengah masyarakat dan di tengah lingkungan alam yang tengah berubah. Agar bisnis mereka sustainable dan tumbuh berkelanjutan, mereka harus memikirkan juga masyarakat dan alam sekitarnya. Inilah esensi dari corporate social responsibility (CSR) yang hams dimiliki semua perusahaan.
Secara umum apa saja kebijakan untuk merespons situasi yang saat ini berkembang?
Kita berangkat dart problem yang kita hadapi saat ini. Pertama secara global kita tengah menghadapi ancaman climate change dan global warming, Kedua di dalam negeri kita dihadapkan pada kenyataan luasnya areal hutan yang rusak dan kritis. Dari sekitar 136 juta hektare hutan kita, sekitar 40 juta hektare dalam kondisi kritis. Dalarn situasi seperti itu, Bapak Presiden sudah menyatakan komitmen bahwa Indonesia akan menurunkan emisi karbon sebesar 26 persen pada 2020. Ini adalah komitmen terbesar dibanding negara-negara lain. Pemerintah sudah menyusun rencana aksi untuk mencapai target tersebut, yang difokuskan pada sejumlah langkah di antaranya efisiensi energi, pemanfaatan energi terbarukan, fuel switching BBM menjadi BBG, dan reklamasi kawasan eks pertambangan. Di luar itu, langkah konkret dan bisa segera kita lakukan dan memberi dampak yang besar, adalah menanam pohon.
Program itu tidak akan berjalan dengan baik tanpa keterlibatan masyarakat, termasuk kalangan swasta dan BUMN. Sekarang trennya cukup menggembirakan karena banyak perusahaan yang menyatakan komitmennya untuk mengembangkan bisnis yang ramah lingkungan dan mendukung gerakan menanam pohon. Kemarin Bapak Presiden baru membuka Konferensi Gerakan Perempuan Tanam Pohon, dan tahun , ini mereka akan fokus membangun kesadaran masyarakat luas, khususnya kaurn perempuan, terhadap penyelamatan ekosistem dan sumber daya laut, sekaligus pemberdayaan masyarakat pesisir, Diikuti sekitar 900 orang yang sebagian besar adalah perempuan. jadi keterlibatan masyarakat cukup tinggi, sehingga saya yakin target satu miliar pohon bisa dilampaui.
Apa peran yang bisa dimainkan BUMN?
Paradigma pembangunan kehutanan sekarang sudah berubah. Jika dulu paradigmanya adalah menebang, sekarang menanam. Kita menanam dan terus menanam untuk menyelamatkan hutan. Kita sudah melaksanakan berbagai program seperti Gerakan Perempuan Tanam Pohon dan One Man One Tree, dan sudah memperlihatkan hasilsekitar 400 juta pohon. Nah tahun ini Bapak Presiden mencanangkan penanaman satu miliar pohon, yang kita istilahkan sebagai One Billion In- donesia Trees. Ini kita dedikasikian bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga dunia. Mengapa? Karena sebagai salah satu pemilik hutan tropis terbesar, dunia sangat berharap kepada kita. Kalau hutan kita makin rusak, dampak kerusakan itu akan dirasakan seluruh dunia. Sebaliknya, kalau hutan kita bagus maka akan memberi dampak positif dalam mengurangi pemanasan global.
Nah saya kira BUMN bisa memainkan peran penting dalam konteks tersebut. Apalagi Bapak Presiden dalam beberapa kesempatan menekankan pentingnya green economy atau ekonomi yang berwawasan lingkungan. Menurut saya BUMN harus menjadi pelopor green economy. Caranya dengan mengembangkan praktik bisnis yang hemat energi, mengedepankan pemanfaatan energi alternatif, dan terlibat langsung secara aktif dalam gerakan menanam pohon.
Dampak secara bisnis? Hams dilihat dalam konteks yang luas. BUMN tidak boleh hanya berpikir tentang profit. Apa artinya mereka untung tapi masyarakat tetap hidup miskin dan lingkungan alam rusak? Pembangunan kehutanan sekarang mengedepankan empat aspek sekaligus, yaitu pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, dan kelestarian hutan. Pro-growth, pro-job, pro-poor, pro-environment. Dulu sebagian besar kebutuhan kayu untuk industri dipenuhi dari hutan alam, mencapai 25 juta meter kubik pada 2004.Sebaliknya sumbangan hutan tanaman hanya 10,3 juta meter kubik. Sekarang, setelah kita merevitalisasi industri kehutanan dengan mengedepankan hutan tanaman, pemenuhan bahan baku dart hutan alam terus turun secara signiflkan, hingga menjadi 6,4 juta meter kubik pada 2009. Pada saat yang sama terjadi peningkatan pemanfaatan bahan baku dart hutan tanamam, dart 10,3 juta meter kubik tahun 2004 meningkat hingga 24,5 juta meter kubik tahun 2008.
Hutan tanaman meliputi Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Kemasyarakatan (HKm), dan Hutan Desa. Selama satu tahun menjabat menteri, saya telah mencadangkan 600 ribu hektare hutan produksi untuk HTR, 165 ribu hektare untuk HKm, dan 88 ribu hektare , untuk Hutan Desa. Semakin luas hutan tanaman dikembangkan, maka semakin banyak lapangan kerja barn yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan. Dengan demikian, pengembangan industri kehutananberbasis hutan tanaman berperan konkret dalam pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, pe.ningkatan kesejahteraan rakyat, dan kelestartan hutan alam.
Kalangan bisnis bisa berperan melalui pengembangan kemitraan dengan kelompok tani dalam bentuk Hutan Rakyat Kemitraan. Sudah banyak perusahaan terlibat dalam skema ini, mereka menyediakan modal berupa lahan dan bibit, masyarakat yang menjadi tenaga kerja .• Wahyu Utomo
Nama Media : JURNAL NASIONAL
Tanggal : Rabu, 24 Nopember 2010
Penulis : Wahyu Utomo