DETIK.COM (01/04/2024) | Keberadaan jati denok di hutan tepatnya di wilayah Desa Jatisari, Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora menyimpan banyak cerita. Salah satunya adalah tentang tempat hinggapnya burung garuda.

Hal ini disampaikan pemerhati sejarah asal Blora, Totok Supriyanto. Pria yang juga seorang penulis sejarah itu memaparkan, sebuah naskah (kakawin) Adiparwa, yang ditulis oleh Empu Narotama sekitar tahun 1000 Masehi mengisahkan tentang pengembaraan Raja Airlangga.

Kakawin merupakan wacana puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa kuno atau dengan kata atau bahasa lain. Catatan naskah kuno itu ditulis Empu Narotama seorang Patih Kerajaan Kahuripan zaman Airlangga.

“Kakawin Adiparwa yang ditulis oleh Empu Narotama sekitar tahun 1000 Masehi saat dia mengiringi Raja Airlangga dalam pengembaraannya, mengisahkan bahwa ada pohon kalpataru di sebuah bukit Medang, Kamolan (Blora),” terang Totok saat ditemui detikJateng di rumahnya di Blora, Jumat (29/3/2024).

Kakawin Adiparwa ini ditulis Empu Narotama selama mendampingi Raja Airlangga mengembara sepanjang hilir hingga hulu Bengawan, yang melewati area Lwaram (sekarang Blora).

Pengembaraan Raja Airlangga selama 12 tahun ini juga dicatat lewat Prasasti Pucangan yang mengisahkan perjalanan sampai diangkatnya Airlangga menjadi raja.

 

Kisah Garuda dan Pohon Kalpataru

Kembali ke kakawin Adiparwa, dalam naskah yang ditulis Mpu Narotama itu juga menceritakan pencarian air kehidupan burung garuda untuk membebaskan ibunya dari perbudakan. Dalam kisah pewayangan disebutkan ibu garuda bernama Winata dan ayahnya Begawan Kasyapa.

“Air kehidupan ini akan muncul di saat bersamaan dengan peristiwa Pralaya,” jelas Totok.

Totok mengisahkan saat garuda diperintahkan ibunya memakan gajah dan kura-kura, kedua hewan itu sempat dibawa terbang ke angkasa. Garuda tak langsung memakan kedua hewan itu.

“Saat melintas pegunungan, ada sebuah pohon kalpataru yang tinggi menjulang. Garuda yang mencengkeram gajah dan kura-kura itu kemudian hinggap sejenak di pohon itu,” kata dia.

Dari kisah itu Totok meyakini pohon kalpataru adalah pohon jati. Sebab, salah satu karakter pohon jati karena tahan terhadap api.

“Mpu Narotama kemungkinan besar terinspirasi dengan pohon jati, yang tidak hanya sangat kuat dan tinggi, tetapi juga tahan api. Sebagaimana diketahui, garuda merupakan hewan mitologi yang memiliki kekuatan api, dan hanya pohon jati yang memiliki kelebihan sebagai pohon yang tahan api, dan tak akan mati walau tersambar petir,” jelasnya.

Totok pun memerinci karakter lain pohon jati yang dinilai dominan dan mampu hidup hingga ratusan tahun. Apalagi jati bisa tumbuh menjadi pohon raksasa.

“Pohon (jati) ini tidak mati ketika terjadi kebakaran hutan. Jati matinya diteres atau diambil kambiumnya. Tebal, tahan api, dan panas, juga antirayap. Akhirnya dia bisa meraksasa, usianya bisa ratusan tahun,” jelasnya.

Berrdasarkan Kakawin Adiparwa yang ditulis oleh Empu Narotama itu, Totok menduga pohon yang dihinggapi burung garuda itu adalah pohon jati. “Dengan ciri-ciri ini maka pohon itu adalah pohon jati yang terkuat dan terbesar di wilayah Blora,” terangnya.

Selain mitos itu, hutan jati Blora kini menjadi habitat burung betet. Namun, burung endemik Blora ini kini sudah berkurang populasinya di Blora.

“Hutan jati menjadi habitat burung betet. Betet sendiri dikenal sebagai burung endemik Blora,” ucapnya.

Berrdasarkan Kakawin Adiparwa yang ditulis oleh Empu Narotama itu, Totok menduga pohon yang dihinggapi burung garuda itu adalah pohon jati. “Dengan ciri-ciri ini maka pohon itu adalah pohon jati yang terkuat dan terbesar di wilayah Blora,” terangnya.

Selain mitos itu, hutan jati Blora kini menjadi habitat burung betet. Namun, burung endemik Blora ini kini sudah berkurang populasinya di Blora.

“Hutan jati menjadi habitat burung betet. Betet sendiri dikenal sebagai burung endemik Blora,” ucapnya.

Sumber : detik.com