SWA.CO.ID (21/09/2022)  | Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) bersama Perum Perhutani merilis produk unggulan hasil kerja sama riset dengan Indonesia Plantation & Forestry Research Institute (IPFRI).

Sejumlah produk unggulan yang diperkenalkan tersebut, yakni dua produk pupuk bernama Glow Green dan Biosilac, serta tiga bahan tanaman bernama Kakao Varietas ICCRI 09, Klon Jati, dan Klon Kayu Putih.

Pupuk Glow Green, Biosilac, dan bahan tanaman Kakao Varietas ICCRI 09, merupakan hasil pengembangan dan riset yang dilakukan oleh PT Riset Perkebunan Nusantara sebagai anak usaha Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero). Sementara, Klon Jati, dan Klon Kayu Putih, adalah produk hasil riset Perum Perhutani.

Selain peninjauan langsung produk yang diluncurkan, agenda tersebut juga diisi dengan talkshow terkait Policy Brief: Kajian Analisis Ancaman Resesi Global dan Dampak pada PTPN Group, serta talkshow tentang produk bahan tanam dan pupuk unggulan PTPN III dan Perhutani.

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani, dalam sambutannya mengatakan, saat ini, beberapa tantangan yang harus dihadapi sektor perkebunan dan kehutanan, yakni mahalnya harga pupuk, perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu akibat dari climate change, serta produktivitas beberapa komoditas perkebunan dan kehutanan yang masih rendah. “Oleh karenanya, peran dari research institute menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya tahan, sekaligus daya saing dari sebuah korporasi,” ujarnya.

Tahun 1911 pertama kelapa sawit dikembangkan sebagai tanaman komersial yang mana sebelumnya hanya dikenal sebagai tanaman hutan. Kemudian, pada 1923, varietas POJ 2878 sebagai varietas tebu unggul yang sangat spektakuler, yang mana mampu meningkatkan produksi gula secara drastis, yaitu sekitar 35% dari varietas sebelumnya dan tahan akan penyakit sereh.

Tahun 2022, lanjut Ghani, IPFRI telah menghasilkan tiga inovasi unggulan, yakni Pupuk Anorganik Glow Green, Pupuk Hara Mikro BioSilica dan Bahan tanam yaitu Klon Kakao ICCRI 09, Klon Unggul Jati dan Klon Unggul Kayu Putih.

Untuk mendukung program swasembada gula nasional PTPN melalui lembaga riset yang dimiliki akan segera merilis 6 varietas tebu unggulan yang memiliki potensi produktivitas lebih dari 10 ton gula per hectare.

Ghani mengungkapkan, Holding Perkebunan Nusantara dan Perhutani berkomitmen untuk menjadikan IPFRI sebagai ujung tombak riset di bidang perkebunan dan kehutanan. “Kami menjadikan IPFRI sebagai one stop serving bagi kebutuhan teknologi, produk, proses, lingkungan, jasa, dan ekonomi, serta kebijakan di bidang perkebunan dan kehutanan,” tuturnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Perum Perhutani Wahyu Kuncoro, menyampaikan, bahwa sejak dibentuknya IFRI, pihaknya berkoordinasi dengan PTPN Group untuk turut berkontribusi aktif mengembangkan inovasi melalui riset terhadap produk-produk kehutanan. “Kami harapkan dari IFRI muncul tallent-tallent yang bisa berstanbdar internasional dan menghasilkan produk inovasi tinggi,” ujarnya.

Wahyu mengatakan, Klon Jati, dan Klon Kayu Putih, dikembangkan Perum Perhutani dengan berberapa alasan. Untuk kayu jati misalnya. Selama ini, masa daur kayu jati relatif panjang dengan rata-rata penambahan lingkar pohon hanya 1 cm per tahun. “Oleh karena itu, kita sudah riset dan mengembangkan jati yang pertumbuhannya double, yang mana dalam 20 tahun lingkarnya sudah bisa mencapai 40 cm,” ujar Wahyu.

Pun demikian dengan kayu putih. Saat ini, kata Wahyu, kebutuhan kayu putih sekitar 15 ton per tahun. Sementara, dari sisi produksi baru bisa memenuhi 20 % kebutuhan nasional. “Untuk menjawab tantangan tersebut, kami sudah melakukan riset dan pengembangan untuk membuat bibit tanam unggul yang mampu menghasilkan klon 3-4 kali lipat dari yang standar,” ujarnya.

Peluncuran produk unggulan Indonesia Plantation & Forestry Research Institute, mendapat apresiasi dari Kementerian BUMN. Wakil Menteri BUMN I Pahala N. Mansury, mengatakan, inovasi merupakan salah satu kegiatan yang penting di klaster perkebunan dan kehutanan untuk bisa melakukan pertumbuhan secara profitable dan sustainable.

Saat ini, kata Pahala, tantangan utama bagi Indonesia adalah terkait independensi dalam bidang energi dan food security. Hal itu, mengingat Indonesia masih mengimpor lebih 4 juta ton gula konsumsi dan gula industri per tahunnya. “Ini sungguh kondisi yang ironis, karena Indonesia punya kekuatan alam yang melimpah dan bisa terus kita optimalkan,” ujarnya.

Dengan adanya IPFRI, maka ke depan BUMN klaster perkebunan dan kehutanan diharapkan bisa menjawab tantangan tersebut. “Dengan kekuatan yang ada, kita bisa terus meningkatkan produksi gula konsumsi, sehingga 5 tahun mendatang, Indonesia bisa mencapai swasembada gula konsumsi,” tegas Pahala.

Sumber : swa.co.id

Tanggal : 21 September 2022