10-PKBL-Serba cantik tasik

Dok.Kom-PHT @2014

Tasik identic dengan border. Sulaman pada ujung kebaya, mukena, taplak meja dan semua bahan kain itu tidak asing bagi perempuan Indonesia. Kreativitas warga Tasik ternyata lebih dari itu. Kita bisa menemukan anyaman bamboo, rotan, pandan, dan sebagainya di sudut-sudut kota sampai pinggiran dan pelosok.

Sebut saja di Rajapolah Tasikmalaya ada Nia Yuliani. Sarjana Pertanian ini adalah contoh wirausahawan yang sukses mengelola kerajinan Tasik dari nol.

Dimulai tahun 1991, Nia dan Dadan suaminya, hanya coba coba-coba berdagang barang kerajinan. Awalnya ia membuat sendiri untuk buah tangan (handycraft). Karena ulet dan selalu mempertahankan kualitas barang, maka toko Nia selalu diserbu pelanggan. Perajin lain tak mau ketinggalan. Tokonya menjadi incaran perajin untuk menitipkan barang-barang kerajinan handycraft. Tentu saja, kualitas menjadi persyaratan penting bagi calon pemasok toko Nia.

Handycraft di toko Nia tidak saja diminati turis domestic tetapi juga turis asing. Ia bahkan pernah ekspor tas dan sandal daun pandan ke Jepang dan Prancis. Baru- baru ini juga ekspor alat music angklung ke Australia.

Dibantu tiga karyawan, dengan upah minimal Rp. 1.250.000. Nia bekerjasama dengan 40 orang perajin handycraft di Tasikmalaya. Mereka pemasok barang ke “Yukka handycraft” toko milik Nia. Bermacam barang kerajinan kini tersedia. Tas anyaman, sandal, tempat tisu, dan peralatan rumah tangga berbagai model tersedia. Harga handycraft dipatok mulai Rp. 3.000 sampai Rp. 120.000. Penghasilan bersih tokonya belum termasuk cabang di Garut dan Cirebon mencapai minimal Rp. 20 juta per bulan.

Memberikan manfaat kepada orang lain adalah keinginan Nia dari dulu. Minimail ia bisa menjadi wadah pengrajin desanya dalam memasarkan produk. Selain ada nilai tambah barang kerajinan buatan local, ada lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.

Ditanya resep suksesnya, perempuan dua putri ini tersipu buka rahasia. “Ini kontribusi Perhutani. Saya Mitra Binaan Perhutani Tasikmalaya. Saya dapat pinjaman murah meriah PKBL tahun 2009, Rp. 7 juta. Setelah lunas dapat pinjaman lagi Rp. 10 juta. Sudah lunas tahun 2012. Terakhir saya pinjaman agak besar, Rp. 25 juta. Ini masih jalan sampai 2015. PKBL Itu enak, tidak repot ngurus macam-macam. Modalnya kepercayaan saja. Memang saya layak dipercaya, makanya dapat beberapa kali”.

Sebelum mendapat PKBL, Nia mengaku usahanya belum berkembang seperti sekarang. Pinjaman Perhutani digunakan untuk pengembangan usaha. Ia mumbuka cabng di Asia Plaza Tasikmalaya, Asia Toserba Garut, dan Asia Toserba Cirebon. Karena permintaan mengalir terus, Nia mengaku ingin melebarkan sayap ke Sumedang dan kota lain apabila memungkinkan, tetapi hitung-hitungan musti matang.

Nia berharap melalui PKBL bisa ikut pelatihn-pelatihan praktis dan pameran-pameran untuk menambah pengalamannya berwirausaha. Syukur-syukur suatu saat bisa bertemu Bapak/Ibu Presiden, duh senangnya ya bisa memamerkan yang serba cantik dari Tasik,” demikian Nia menutup perjumpaan.

Penulis  : Soesi Sastro

Sumber : PKBL Action No. 23 Tahun II Agustus 2014