Sebanyak 17.851,1 hektare tanaman pangan asal perhutanan di Jawa Barat mulai deras mengalir dari sejumlah kabupaten pada pertengahan dan akhir Maret 2015 ini. Dari jumlah tersebut, diprediksi terdapat 15.000 s.d. 20.000 ton gabah kering giling (GKG) padi huma, yang diketahui sebagai salah satu penghasil beras yang disukai banyak konsumen karena rasanya yang khas dan dirasakan lebih lezat.
Kasi Humas Perum Perhutani Jawa Barat, Ade Sugianto, di Bandung, Minggu (22/3/2015) menyatakan, hasil panen tersebut terdiri atas 17.091,73 hektare padi huma, serta tanaman jagung 759,37 hektare. Produktivitas padi huma pada kawasan perhutanan di Jawa Barat diketahui antara 13 ton gabah kering pungut (GKP)/hektare/musim, yang diusahakan para petani desa hutan secara pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) di antara tegakan pokok yang masih muda, misalnya pohon jati, kayu putih, dll.
Disebutkan Ade, kawasan perhutanan Perhutani diketahui merupakan salah satu penghasil andalan produk beras huma. Para pelanggan beras huma diketahui sangat banyak, terutama sejumlah usaha kuliner maupun rumah tangga yang mengutamakan cita rasa yang khas.
Pengusahaan padi huma diketahui banyak dilakukan pada sejumlah kawasan kehutanan di utara maupun selatan Jawa Barat, sekaligus berfungsi sebagai pertahanan pangan. Petani desa hutan yang mengusahakan aneka padi huma, tergabung dalam lembaga masyarakat desa hutan (LMDH) dengan pangsa pasar tinggi ke perkotaan, serta dibagi untuk cadangan pangan masyarakat setempat.
Pebisnis beras asal Bandung, Ermaya mengatakan, konsumen beras huma diketahui fanatik, bahkan bertambah karena rasanya yang berbeda dibandingkan beras asal padi sawah, serta sebagian dikenal sebagai beras ramah lingkungan. Untuk beberapa kawasan kehutanan di Jawa Barat, pengusahaan tanaman padi huma di kawasan kehutanan tak terlalu menggenjot pupuk dan pestisida kimia, karena kawasan hutan dikenal subur serta lestarinya berbagai tegakan pokok pohonpohon di kehutanan sekaligus bermanfaat “pagar” alami serangan hama.
Raskin
Sementara itu, upaya penjualan beras untuk keluarga miskin alias raskin dilakukan sejumlah orang yang diduga calo, dengan dilakukan pada rangkaian kereta api lokal Bandung Raya. Orangorang yang diduga calo tersebut berjalanjalan antargerbong, menawarkan raskin kepada sejumlah orang yang mereka ketahui sebagai pedagang beras, yang kebetulan naik kereta api lokal Bandung Pvaya tujuan Cicalengka, Jumat (20/3/3015) siang lalu lalu.
Dari sejumlah orang yang menawarkan raskin tersebut, tampak penjual yang menawarkan dengan harga Rp S.oooRp 6.ooo/kg. Namun, beberapa pedagang beras yang ditawari tampak enggan membeli. Kalaupun ada yang menawar, beberapa pedagang beras hanya menawar Rp 4.ooo/kg tetapi tak terjadi transaksi.
Ema D (70), salah seorang pedagang beras, asal Cicalengka, yang baru saja ditawari raskin oleh seseorang mengatakan, dibandingkan dengan tahuntahun lalu, orangorang yang mena-warkan raskin saat ini jauh lebih banyak. Namun, sebagai pedagang beras, ia biasanya enggan membeli, karena khawatir raskin yang ditawarkan oleh sejumlah orang tersebut ternyata bermasalah.
“Da barina oge ayeuna mah pare mulai panen di manamana, harga beas oge atos lalungsur. Nanaonan ngadagangkun meser raskin sagala ? Sieun bisi ditewak. (Lagian panen padi mulai banyak di manamana, dan harga beras berangsur turun. Buat apa beli raskin segala? Takut ditangkap),” ujarnya.
Disebutkan, panawaran raskin oleh sejumlah orang yang diduga orangorang suruhan atau calo, sudah biasa dilakukan di kereta api, terutama saat harga beras sedang tinggi. Saat beberapa pekan lalu, harga raskin yang dijual sempat mencapai Rp 7.5OO/kg. Namun, sebenarnya beras tersebut kurang diminati untuk konsumsi masyarakat umum. Kalaupun laku, beras itu hanya dibeli oleh sejumlah perajin makanan, terutama untuk bahan baku ranginang ataupun kue ali agrem.
Urusan distribusi raskin juga membuat beberapa pejabat Pemprov Jawa Barat keheranan setelah panen perdana padi Jawa Barat yang dipimpin oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman, di Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu, Rabu (11/3/2015) lalu. Setelah Menteri Pertanian meninggalkan tempat acara panen perdana, beberapa pejabat Pemprov Jawa Barat melihat ada sebuah truk yang mengangkut raskin masuk ke desa setempat.
Sumber    : Pikiran Rakyat, hal. 26
Tanggal    : 23 Maret 2015