DETIK.COM, MOJOKERTO (15/7/2016) | Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menargetkan, Indonesia akan mencapai swasembada jagung paling lambat 2018 nanti. Sejauh ini impor jagung ditekan hingga turun 47% dari kebutuhan nasional, 10,7 juta ton. Dia optimistis, keran impor akan ditutup jika semakin banyak pengusaha benih dan pakan ternak menjalin kemitraan dengan petani.

“Impor jagung kita turun, sampai hari ini 47% atau sekitar 800 ribu sampai satu juta ton. Kita targetkan tahun depan tidak ada impor lagi. Paling lambat tahun 2018,” kata Amran usai acara panen raya jagung di Desa Kedunglengkong, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto, Jumat (15/7/2016).

Kebutuhan jagung secara nasional mencapai 10,7 juta ton per tahun. Menurut Amran, tahun lalu Indonesia masih harus mengimpor sebanyak 3,6 juta ton. Artinya, jika sudah ditekan sampai 0,8-1 juta ton, maka kebutuhan impor jagung tahun ini berada di kisaran 2,6-2,8 juta ton.

Amran optimistis, dalam waktu dua tahun ke depan, Indonesia tak akan lagi mengimpor jagung, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun industri pakan ternak. Caranya cukup sederhana. Dia meminta para pengusaha benih dan pakan ternak agar menjalin kemitraan dengan para petani jagung.

“Pemerintah support regulasi, kalau cukup dalam negeri kami tutup impor. Harga kami jamin. Kami garansi kalau ada harga di bawah Rp 2.750, Bulog langsung beli. Itu perintah, bukan imbauan. Itu sudah Perpres, harga jagung kering Rp 3.150,” terangnya.

Kemitraan yang Amran maksudkan, seperti yang dilakukan PT BISI dan PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI). Sebagai produsen benih jagung hibrida, PT BISI menjalin kemitraan dengan para petani dengan cara memberi pinjaman benih dan melakukan pembinaan. Tahun ini pola kemitraan itu akan menyentuh 100.000 hektar lahan petani.

Kemitraan pengusaha dan petani

Sementara PT CPI menjalin kemitraan dengan membeli jagung produksi petani. Perusahaan pakan ternak itu berkomitmen membeli jagung petani tak sampai di bawah HPP jagung Rp 3.150.

“Pola ini sangat bagus, PT CPI sudah membeli jagung petani Rp 3.450. ini lah yang kami dambakan. Kalau ada 10 pengusaha seperti ini, akan mencapai 1 juta hektar. Kalau 1 juta hektar enggak lagi impor,” ujarnya.

Di samping itu, tambah Amran, sejak tahun lalu pihaknya menggandeng Perhutani untuk menerapkan program integrasi hutan jagung. Program tersebut sudah terealisasi seluas 13 ribu hektar di Sumatera Barat dan 100.000 hektar di Pulau Jawa.

“Itu sudah kami tanam dan sudah berhasil. Itu lah yang menekan impor sangat drastis,” tandasnya.

Sementara Presdir PT BISI Internasional Jemmy Eka Putra menjelaskan, tahun ini pihaknya menargetkan kemitraan dengan petani mencapai 100 ribu hektar. Tersebar di lima provinsi utama penghasil jagung. Antara lain, Jatim, Jateng, Sulsel, Lampung dan Sumut.

Hingga saat ini, target itu telah tercapai 30 ribu hektar. Salah satunya di Kabupaten Mojokerto seluas 5 ribu hektar.

“Petani kami beri pinjaman benih jagung dibayar pasca panen. Kita melakukan pembinaan cara tanam yang baik, manajemen saat penanaman, dan pasca panen agar jangan sampai jagung jamuran,” jelasnya.

Komitmen kemitraan dengan petani jagung juga dilakukan PT CPI. Sebagai produsen pakan ternak, perusahaan ini akan menyerap jagung petani hasil kemitraan dengan PT BISI.

Presdir PT CPI Thomas Effendy menuturkan, jika target kemitraan petani dengan PT BISI tahun ini tercapai 100 ribu hektar, maka jagung yang dihasilkan diprediksi mencapai 800 ribu ton. Menurut dia, angka itu masih di bawah kebutuhan perusahaan yang mencapai 1 juta ton per tahun.

Selain itu, jagung lokal dinilai lebih segar dibandingkan jagung dari Amerika dan Argentina.

“Itu masih di bawah kebutuhan kita, kita tak ada masalah untuk membeli itu. Kami komitmen membeli hasil panen petani dengan harga pasar. Klau harga pasar di bawah harga referensi pemerintah Rp 3.150, maka kita akan beli sesuai harga referensi pemerintah,” pungkasnya.
(hns/hns)

Tanggal : 15 Juli 2016
Sumber : detik.com