Kendati populasinya sudah berkurang, rusa masih menjadi daya tarik bagi masyarakat. Hewan yang oleh orang Sunda disebut uncal tersebut acap dijadikan bagian dari objek wisata di sejumlah tempat.
Kegemaran memelihara rusa sedang muncul di sejumlah kalangan di Indonesia, Pemeliharaan rusa umumnya sebagai hobi atau hiburan, terutama bagi mereka yang memiliki pekarangan yang luas, ataupun sebagai tontontan usaha wisata alam.
Berkembangnya sejumlah objek wisata alam di Jabar belakangan ini turut membuat permintaan terhadap rusa melonjak. Kendati di Jabar terdapat sejumlah lokasi penangkaran rusa, tak semuanya dapat memenuhi pesanan pasar karena populasinya masih terbatas.
Rusa bukan hanya dipelihara untuk hiburan, tetapi juga sebagai objek sasaran bagi penggemar olah raga menembak. Dagingnya pun disukai karena dirasa lezat, tak heran jika menu daging rusa pun menjadi suguhan mahal di dalam ataupun di luar negeri.
Akibat permintaan yang tinggi, pasar hewan rusa mengalami peningkatan, tetapi jumlah populasi belum begitu mencukupi. Upaya pengembangan populasi pun sudah lama dilakukan, tetapi hasilnya belum memuaskan. Penangkaran rusa belum mampu mempercepat pengembangan populasi.
Rusa tergolong hewan bereproduksi terbatas, karena dalam setahun betina dewasanya hanya bisa melahirkan seekor anak. Masih jarang ada rusa yang sekali melahirkan dua ekor anak, sehingga populasi rusa relatif dapat dihitung dari berapa jumlah induk betinanya.
Upaya pengembangan populasi rusa di Jabar di antaranya dilakukan melalui penangkaran. Lokasi penangkaran di antaranya di kawasan hutan objek Wanawisata Perhutani Unit III di Rancaupas Kec. Ciwidey Kab. Bandung, Wanawisata Cariu Kab. Bogor, PTPN VIII Kebun Kertamanah Kec. Pangalengan Kab. Bandung, Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKS DA) Jabar di samping pemeliharaan dalam jumlah besar di Istana Bogor,dll.
Penangkaran rusa yang bersifat perlindungan dungan populasi yang disertai pengembangan bisnis dilakukan oleh Perum Perhutani Unit III, di Desa Buana Jaya, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor. Sebanyak 66 ekor rusa terdiri atas jenis jawa timor (Ceruus timorensis), rusa bawean (Celvus axis, Kuhlii, dan rusa totol putih (Cervus axis axis) sedang diupayakan dikembangkan populasinya dan hasilnya cukup signifikan.
Petugas setempat menilai saat ini adalah waktu yang cocok untuk pengembangbiakan rusa. Pasalnya, setiap musim hujan, biasanya hewan hewan itu sedang gemar kawin untuk bereproduksi.
Asisten Manajer Produk Lain Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry, Eko wisata, dan Jasa Lingkungan Perum Perhutani Unit III, Anri Moh. Syarif menyebutkan, khusus untuk di Perhutani, upaya bisnis rusa sebenamya sudah memungkinkan karena telah memiliki izin edar. Namun, populasi rusa masih terbatas, sehingga populasi anak-anak rusa harus di genjot, karena yang dijual adalah generasi kedua
Nama Media : PIKIRAN RAKYAT
Tanggal : Jumat, 4 November 2011/h. 25
Penulis : Kodar Solihat
TONE : POSITIVE