Senin (30/5), di kantor Kementerian BUMN RI di Jakarta, PT. Bank Rakyat Indonesia (persero), Tbk bersama-sama dengan Perum Perhutani telah menandatangani Nota Ksepahaman Bersama Pembiayaan Belanja Modal (Capital Expenditure – CAPEX) dan Biaya Operasional (Operational Expenditure – OPEX) Perhutani untuk 2011. Di dalamnya termasuk pula perjanjian pembayaran gaji 25.000 karyawan Perhutani melalui system payroll yang telah dimiliki oleh BRI.
BRI siap mendukung pembiayaan CAPEX Perhutani yang sebagian besar merupakan pembangunan sentra-sentra Industri berbasis sumberdaya hutan serta pembangunan kerasama Hutan Tanaman Industri terutama HTI Karet yang akan digarap bersama oleh Perhutani dan PT. Inhutani I, II, III dan V yang seluruhnya merupakan BUMN Kehutanan. BRI siap menggelontorkan dana ke Perhutani untuk membiayai proyek-proyek yang diproyeksikan akan sangat menguntungkan teresebut yang nilai totalnya dapat mencapai sekitar Rp. 1 triliun dan siap pula membiayai OPEX Perhutani bila dibutuhkan. Setiap tahunnya Perhutani membayarkan OPEX lebih dari Rp. 2 Triliun yang sebagian besar digunakan pula untuk memenuhi pembayaran gaji seiktar 25.000 karyawan Perhutani yang tersebar di seluruh Jawa dan Madura hingga ke pelosok-pelosok daerah.
Seluruh hal tersebut dipandang oleh ANS Kosasih, Direktur Keuangan merangkap Plt. DIrektur SDM dan Umum Perhutani sebagai suatu hal yang sangat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. “Perum Perhutani sejak berdirinya di tahun 1973 sampai saat ini Belum pernah menggunakan fasilitas pembiayaan perbankan. Mungkin karena Perusahaan ini Cash Rich sehingga selama ini selalu membiayai semuanya dari kantong sendiri,” ujar Kosasih.
“Dengan berjalannya waktu, hal tersebut sudah tidak sesuai lagi. Perhutani mengalami keterlambatan dalam pengembangan usahanya karena banyak pesaing di dalam maupun luar negeri yang lebih mampu melakukan pengembangan usaha – terutama di bidang industry produk-produk kehutanan dengan jauh lebih baik dari Perhutani, karena mereka menggunakan leverage dari pembiayaan perbankan. Sementara Perhutani membiayai segala sesuatunya sendiri sehingga kemampuan pembiayaannya menjadi kurang efektif,” lanjut Kosasih.
Menurutnya, hal ini sudah pasti akan meningkatkan kemampuan pengembangan industry dan investasi bisnis Perhutani sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja Perusahaan secara keseluruhan. Pada akhir tahun 2010 kami telah menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 3 Triliun dan mencetak Laba Sebelum Pajak sekitar Rp. 325,45 Miliar. Kami yakin dengan perecepatan pertumbuhan di sector industry kami ini, Perhutani dapat mencetak laba hingga Rp. 1 Triliun dalam paling tidak 2 – 3 tahun ke depan,” kata Kosasih.
Terkait investasi bisnis sumberdaya hutan Perhutani, Haryono Kusumo, selaku Plt. Direktur Utama BUMN Kehutanan tersebut menyatakan bahwa ini untuk pertama kalinya Perhutani bekerja sama dengan 4 BUMN Kehutanan lainnya untuk sekaligus membiayai HTI Karet di Kalimantan dan Sumatera. “Kami yakin proyek-proyek sinergi BUMN seperti ini akan semakin memperkuat industry berbasis Kehutanan di Indonesia dan membuat kiprah BUMN, khusunya Perhutani semakin berarti dalam menggerakan roda perekonomian bangsa,” ujarnya.
Adapun untuk oembayaran payroll karyawan dan karyawati Perhutani, Kosasih mengatakan bahwa BRI sebagai Bank yang memiliki jaringan yang mampu menjangkau hingga tingkat pedesaan merupakan mitra yang sangat sesuai dengan keberadaan karyawan PErhutani yang tersebar di seluruh Jawa dan Madura hingga ke pelosok-pelosok.
BRI pun menyatakan kesiapannya untuk mendukung kebutuhan Perhutani. Direktur BUMN dan Kelembagaan BRI, Asmawi Sjam, menyatakan bahwa BRI siap mendukung pembiayaan Perhutani karena ini bukan hanya merupakan sinergi BUMN yang sangat baik, tetapi juga karena Perhutani adalah BUMN yang sangat sehat dan mencetak laba ratusan milyar rupiah dalam tiga tahun terakhir, namun belum tersentuh fasilitas kredit perbankan.
“Kami yakin, fasilitas pembiayaan yang kami sediakan ini akan mampu membuat Perhutani semakin fokus dan mampu dalam melaksanakan pengembangan bisnis serta investasi usahanya ke depan,” ujar Asmawi Sjam. “Adapun untuk payroll, kami telah memiliki system pembayaran khusus yang sangat sesuai untuk institusi yang memiliki jumlah karyawan besar, karena kami juga menangani system pembayaran PNS. Layanan kami dilengkapi oleh 5.350 unit kerja Bank BRI yang siap mendukung kegiatan operasional Perhutani berserta seluruh karyawan di dalamnya. Penyaluran gaji karyawan melalui BRI merupakan solusi tepat karena sesuai pengalaman Bank BRI yang telah menyalurkan pembayaran gaji institusi-institusi besar seperti Kementerian Agama, TNI AD, TNI AU, TNI AL, Polri, Kementerian PU dan lain-lain,” tegas Asmawi.
Secara umum, dukungan kepada Perhutani melalui Penandatanganan Nota Kesepakatan ini merupakan kelanjutan komitmen BRI untuk mendukung pertumbuhan industri kehutanan, khususnya pengembangan Industri Hutan Nasional yang digulirkan Pemerintah mengingat hal tersebut akan memainkan peran sangat penting bagi perekonomian ke depan.
Di samping rencana pemberian pembiayaan kepada sector kehutanan, BRI juga telah memberikan pembiayaan untuk proyek-proyek BUMN lain yang dapat menunjang perekonomian seperti pembiayaan untuk proyek infrastruktur seperti jalan tol dan air minum, sector energy listrik, migas, telekomunikasi, kontraktor dan juga di sektor agribisnis.
Untuk pembiayaan BUMN, sejak tahun 2007, Bank BRI telah membentuk Direktorat yang khusus menangani BUMN dan Kelembagaan. Saat ini Bank BRI telah melayani plafond kredit yang diberikan menapai Rp. 54 Triliun dan outstanding kredit per Desember 2010 mencapai 29,5 Triliun. Ke depan, Bank BRI akan tetap mendukung proyek-proyek BUMN, khususnya untuk menunjang CAPEX dan OPEX, serta pelaksanaan Public Service Obligation.
HUMAS PERHUTANI