PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk memberikan fasilitas kredit kepada Perum Perhutani senilai Rp 1,964 triliun. Nantinya, fasilitas kredit ini akan digunakan untuk modal kerja atau capital expenditure (capex) Rp 964 miliar dan belanja operasional (operational expenditure/opex) Rp 1 triliun.
“Kami yakin fasilitas pembiayaan yang kami sediakan ini akan mampu membuat Perhutani semakin fokus dan mampu dalam melaksanakan pengembangan bisnis serta investasi usahanya,” kata Direktur Kelembagaan dan BUMN BRI, Asmawi Syam, di Jakarta, Senin (30/5).
Sinergi antara kedua BUMN ini disambut baik oleh Menteri BUMN Mustafa Abubakar. Menurutnya, kerja sama antara BRI dan Perum Perhutani ini sangat penting. “Saya sambut baik inisiasi ini. Selama ini, Perum Perhutani belum pernah menggunakan fasilitas kredit perbankan,” ujar Mustafa.
Dengan masuknya suntikan dana BRI ke Perhutani, ia berharap pengembangan bisnis karet Perhutani semakin kompetitif. “Jadi, fasilitas kredit bisa dimanfaatkan untuk investasi membangun perkebunan karet,” tutur Mustafa.
Direktur Keuangan Perhutani, ANS Kosasih, tidak menampik bahwa pihaknya memang sangat memerlukan pembiayaan dari BRI. Dia mengatakan, sejak Perhutani berdiri pada 1973, sampai saat ini belum pernah menggunakan fasilitas pembiayaan perbankan. Perhutani selama ini membiayai proyek-proyeknya dari kantong sendiri.
Namun, Kosasih mengutarakan, seiring berjalannya waktu, hal tersebut sudah tidak sesuai lagi. “Perhutani mengalami keterlambatan dalam pengembangan usahanya karena banyak pesaing di dalam maupun luar negeri yang lebih mampu melakukan pengembangan usaha terutama di bidang industri produk-produk kehutanan,” jelas Kosasih.
Dari plafon kredit sebesar Rp 1,964 triliun yang dijatahkan BRI, Perhutani masih bisa mendapatkan komitmen lebih besar dari itu. “Jadi, aslinya plafon kredit Rp 1 triliun, dengan opsi naik sampai Rp 2-3 triliun. Tetapi ini belum tentu line credit-nya digunakan.” jelas Kosasih.
Ditambahkan Plt Direktur Utama Perhutani, Haryono Kusomo, fasilitas kredit dari BRI akan digunakan untuk membiayai hutan tanaman industri karet di Kalimantan dan Sumatera. “Kami yakin proyek-proyek sinergi BUMN seperti ini akan semakin memperkuat industri basis kehutanan di Indonesia.”
Perhutani hingga tutup buku 2010 berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 3 triliun dan mencetak laba sebelum pajak sekitar Rp 325,45 miliar. Dalam 2-3 tahun ke depan, Perhutani menargetkan perolehan laba sebesar Rp 1 triliun.
Nama Media : REPUBLIKA
Tanggal : Selasa, 31 Mei 2011/h. 18
Penulis : Citra Listya Rini
TONE : POSITIVE