SARADAN, PERHUTANI (30/07/2019) | Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur melakukan kegiatan Jelajah Sejarah Klasik Jawa Timur di wilayah Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Saradan, pada Senin (29/7)

Lokasi yang menjadi tujuan jelajah itu adalah Situs Mangiran yang berada di petak 19d Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Pepe Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Petung.

Peserta sebanyak 80 orang tersebut terdiri dari 17 Guru Sejarah dan 53 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) se-Jawa Timur yang dipimpin oleh Kepala Seksi Pembinaan Sejarah Lokal Bidang Cagar Budaya dan Sejarah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Timur Made Ariawan.

Dalam keterangannya Made Ariawan mengatakan, ”Kegiatan Jelajah Sejarah Klasik  Jawa Timur ini dilakukan dengan tujuan mengenalkan agar mereka paham akan sejarah masa lalu. Dari kegiatan tersebut, kita kenalkan kepada peserta akan peradaban, budaya serta peninggalan sejarah nenek moyang kita masa lalu baik yang berupa situs atau cagar budaya yang harus kita jaga kelestariannya,” ujar Made Ariawan.

Ditempat terpisah Administratur Perhutani KPH Saradan Noor Rochman mengatakan bahwa ia sangat mengapresiasi kegiatan tersebut, karena dengan kegiatan tersebut dapat menambah pengetahuan mengenai sejarah. Ia juga menjelaskan mengenai salahsatu cagar budaya yang ada di wilayah hutan KPH Saradan, yakni Situs Sangiran.

“Situs Sangiran yang yang berada dikawasan hutan Perhutani Saradan ini diyakini merupakan bekas petilasan Ki Ageng Mangir I yang merupakan Kakek Buyut dari Ki Ageng Mangir IV pada masa kerajaan Mataram pada abad ke-XVI.

“Pada Situs Mangiran ini selain terdapat bekas petilasan, juga terdapat  Pendopo Watu Gilang yang lokasinya tidak jauh. Sendang Mangir dan Makam Syech Ismail yang ditemukan tahun 2006 yang diyakini  sebagai  ulama dari kerajaan Mataram pada abad ke 17 M. Hingga saat ini lokasi tersebut masih sering digunakan sebagai tempat ritual dan tempat ziarah,” terang Noor Rochman.

Untuk menjaga agar tempat tersbut dapat terjaga dengan baik, Noor Rochman berencana untuk menjadikan tempat tersebut sebagai obyek wisata religi dan budaya rintisan yang akan di kerjasamakan dengan masyarakat sekitar hutan yang tergabung dalam Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). (Kom-PHT/Srd/Swn)

Editor : Ywn

Copyright©2019