NGAWI, PERHUTANI (25/09/2018) | Ratusan orang memenuhi kawasan Lapangan Dengan Tujuan Istimewa (LDTI) Alas Srigati tepatnya di wilayah Perhutani petak 5i, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Babadan, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Geneng, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Ngawi untuk menyaksikan ritual Ganti Langse (24/09).

Hadir pada kegiatan tersebut Bupati Ngawi Budi Sulistyono, Ketua DPRD Dwi Rijanto Jatmiko, Administratur KPH Ngawi Heru Dwi Kunarwanto, jajaran Forpimda dan warga dari berbagai daerah.

Ganti Langse merupakan ritual penggantian selambu berupa kain mori putih penutup Palenggahan Agung Srigati di Alas Ketonggo. Ritual ini merupakan tradisi rutin setiap memasuki tahun baru Hijriyah atau biasa disebut bulan Suro karena dinilai memiliki kekuatan mistis. Lokasi ini pun menjadi tempat wisata spiritual karena sebagian orang percaya bahwa Srigati adalah tempat persinggahan Prabu Brawijaya setelah kalah perang melawan pasukan Raden Patah dari Demak sekitar tahun 1293 Masehi.

Tradisi yang sarat magis tersebut diawali dengan Acara Kirab Langse Enggal, disusul ruwatan seniman dan seniwati. Selanjutnya ritual dilanjutkan dengan penyerahan kain selambu mori putih sepanjang 15 meter yang masih baru oleh juru kunci Alas Srigati Suyitno kepada Ketua DPRD Kabupaten Ngawi Dwi Rijanto Jatmiko. Prosesi penyerahan kain mori diiringi Tari Srigati yang dilakukan oleh 8 penari gadis/perawan. Penggantian langse/selambu dilakukan oleh perangkat Desa Babadan kemudian kain yang lama diserahkan kepada juru kunci untuk dibagikan kepada masyarakat.

Ritual selanjutnya adalah “Slametan” yakni persembahan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dipimpin oleh pemangku adat setempat. Dalam slametan dihidangkan berbagai makanan diantaranya tumpeng, urap-urap, bubur sengkolo, bubur merah putih serta aneka polo pendem. Tidak ketinggalan jajan pasar tujuh (pitu) rupa yang dimaknai sebagai pitulungan atau pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan urap-urap memiliki simbol bersatu padu dan memberi manfaat bagi sesama.

Administratur KPH Ngawi, Heru Dwi Kunarwanto pada acara tersebut menyampaikan bahwa Perum Perhutani dalam mengelola hutan secara lestari tetap menghargai dan menghormati budaya masyarakat setempat untuk dikembangkan melalui kerjasama dengan LMDH sebagai obyek wisata rintisan sehingga pihaknya sangat mendukung terselenggaranya ritual tahunan ini.

Dalam sambutannya Bupati Ngawi, Budi Sulistyono juga menyampaikan bahwa kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan melestarikan budaya tradisional sekaligus meningkatkan perekonomian warga sekitar.

Seorang pengunjung asal Yogyakarta, Slamet, menceritakan bahwa beberapa pengunjung bahkan melakukan ritual kungkum (berendam) di Kali Tempur tepat pada tengah malam.

“Ritual kungkum di Kali Tempur Alas Srigati ini selalu saya lakukan setiap bulan Suro. Disini kami hanya berdoa mohon keberkahan dan kesehatan kepada Yang Maha Kuasa” tuturnya.

dilanjutkan dengan prosesi Ganti Langse pada Palenggahan Agung Srigati dan diakhiri dengan pagelaran wayang kulit di malam harinya. Sedekah bumi dan kirab gunungan yang diarak oleh ratusan pendekar silat juga menjadi rangkaian kegiatan Ganti Langse. (Kom-PHT/Ngw/Rth)

 
Editor: Ywn
Copyright©2018