Kawasan hutan telah mampu berkontribusi signifikan terhadap kebutuhan pangan dalam negeri. Dari total 16,4 juta hektare kawasan hutan, setidaknya 13,5 juta ton pangan atau setara dengan Rp 9,1 triliun dihasilkan dari wilayah ini. “Potensi pangan tersebut berupa padi, jagung, kacang-kacangan, dan jenis pangan lainnya,” kata Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan saat panen raya padi di kawasan hutan, Ahad (25/3).

Untuk padi, misalnya, kawasan hutan mampu menghasilkan 856 ribu ton beras. Sementara untuk jagung, kawasan ini telah mampu menghasilkan 7,1 juta ton. Adapun kacang-kacangan dan jenis pangan lain masing-masing 635 ribu ton dan 4,9 juta ton. “Ini tidak terlepas dari program pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) yang kita kembangkan.”

Bukan hanya menggenjot sektor pangan, melainkan pengelolaan hutan ini juga mampu menyerap 4,8 juta tenaga kerja dengan tambahan penghasilan mencapai Rp 1,6 triliun. Ke depan, Zulkifli mengaku, bakal kian mengupayakan peningkatan pangan dari hutan melalui program kebun bibit rakyat (KBR). Hingga 2014, ia menargetkan membangun 48 ribu KBR dengan bantuan pembiayaan Rp 50 juta untuk masing-masing kelompok program ini.

Meski belum ada target tertentu yang ingin dicapai, Menhut konsisten membantu Kementerian Pertanian mencapai swasembada sejumlah komoditas pangan. “Ketahanan pangan menjadi fokus utama pemerintah dan kami berupaya juga agar krisis pangan bisa kita hindari ke depan,” ungkapnya.

Direktur Utama Perhutani Bambang Sukmananto menuturkan, pihaknya sedang mengolah 150 ribu hektare lahan hutan untuk areal pertanian. “Untuk padi 55 ribu hektare, jagung 80 ribu hektare, dan kedelai 15 ribu hektare,” sebutnya.

Menurut Bambang, Jawa Barat mendominasi areal lahan yang digunakan. Ada 38 ribu hektare lahan hutan bagi pertanian dengan komposisi areal tanaman seluas 25 ribu hektare dan jagung 13 ribu hektare .• ed: budi raharjo

REPUBLIKA :: 26 Maret 2012, Hal. 13