JAWAPOS.COM (17/5/2017) | Wajar bila Bupati Malang mendeklarasikan Kabupaten Malang sebagai Heart Of East Java untuk mendongkrak kedatangan wisatawan di Kabupaten yang memiliki panjang garis pantai 77 km ini.

Banyaknya lokasi wisata mulai dari wisata pantai hingga wisata gunung tersedia di Kabupaten Malang. Seperti Hutan Pinus Semeru atau Hutan Pinus Sumber Putih (HPSP) di Desa Sumber Putih, Kecamatan Wajak. Objek wisata ini baru dibuka Januari 2017. Namun kini telah menjadi magnit tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Mereka yang suka petualangan alam bebas terbuka namun butuh ketenangan, diantara hijaunya pohon pinus, HPSP yang berada di kaki Gunung Semeru inilah tempatnya. Rimbunnya pohon pinus yang menjulang tinggi, menciptakan suasana yang asri, tenang dan sejuk.

Untuk menuju ke sana, pada awal pembukaan memang terkendala jalan. Namun, kini sebagian jalan sudah beraspal dan sisanya masih berupa jalan macadam. ‘’Tapi setelah lebaran jalan menuju ke lokasi hutan pinus sudah beraspal,’’ kata Kades Sumber Putih, Bambang Purnomo.

Sebelumnya, lokasi ini hanya dikunjungi segelintir wisatawan. Lantaran jalan menuju lokasi kurang begitu bagus untuk dilalui. Namun saat ini, semuanya sudah berubah. Bahkan saat ini mobil sudah bisa masuk sampai ke lokasi wisata. ‘’Kami memang bekerja ekstra cepat. Apalagi, setelah kami juga mengajukan MoU dengan Perhutani KPH Malang, maka semakin mulus saja pembenahan lokasi wisata ini,’’ jelas Bambang.

Hamparan pemandangan di kiri-kanan jalan menuju lokasi wisata hutan pinus ini memang sangat menakjubkan. Saat menatap ke depan pun, tampak Gunung Semeru dengan kepulan asapnya berdiri dengan gagah. Udara yang sejuk serta lalu lalang petani dari kebun juga menyajikan nuansa kental pedesaan.

Pada malam hari, HPSP ini memiliki daya tarik tak kalah pada siang harinya. Dari tempat tersebut, saat malam, Kota Malang terlihat gemerlap. Bahkan pada saat cuaca cerah, langit begitu cerah. Gunung Semeru terlihat jelas. Demikian pula Bendungan Karang Kates terlihat dengan jelasnya.

Sejak dibuka pada Januari lalu, selain jalan yang sudah sampai ke lokasi HPSP, warga sudah membuat camping ground, rumah pohon, selfie area, serta rest area. Semua pengolaan itu kini diserahkan sepenuhnya pada Lembaga Kemitraan Desa Pengelola Hutan (LKDPH), yang kini tinggal menunggu pengesahannya dari Perhutani KPH Malang.

Untuk sekali masuk, pengunjung saat ini dikenakan tarif Rp 5 ribu. Dana itupun menurut Bambang masih untuk perbaikan area wisata. Seperti camp ground, rumah pohon dan rest area. Rencananya pada 28 Juli nanti akan berkemah 30 siswa dari Inggris selama sepekan. Untuk menginap, mereka akan membuka tenda-tenda areal di ground camp. ‘’Utusan mereka sudah kemari, para pelajar dari Inggris itu ingin mempelajari pola kehidupan gotong royong masyarakat Desa Sumber Putih,’’ jelas Bambang.

Untuk tetap menjaga ketenangan dan suasana hening di kawasan wisata HPSP, pihak desa juga mengeluarkan larangan agar pengunjung tidak memutar atau membunyikan musik selama berada di HPSP. Demikian pula rest area tidak akan ada suara musik. ‘’Jadi ini salah satu keistimewaan wisata di HPSP. Disini tidak boleh ada suasana hingar bingar,’’ ujar Bambang.

Terkait kerja sama dengan masyarakat Desa Sumber Putih, Kecamatan Wajak dalam hal wisata hutan pinus melalui LKDPH, pihak Perhutani KPH Malang tidak ada masalah. ‘’Ijin untuk desa itu melalui LKDPH sebenarnya sudah diproses dan tidak ada masalah. Hanya menunggu waktu saja turunnya ijin. Karena sambil menunggu waktu, kami mengijinkan pihak desa untuk melakukan pembenahan dan persiapan sebelum lokasi wisata hutan pinus ini diresmikan,’’ kata Kaur Humas Perhutani KPH Malang, Gatot Sulis Wardoyo.

Prinsipnya, lanjut Gatot, selama pembangunan desa wisata itu berjalan pada koridor dan rambu-rambu yang disepakati bersama, maka tidak ada masalah. ‘’ KPH Malang ini sudah bermitra dengan sekitar 135 LKDPH di Kabupaten Malang,’’ katanya.

Sementara itu Kadisparbud Kabupaten Malang, Made Arya Wedanthara, mengatakan bahwa Desa Sumber Putih memang sedang dipersiapkan menjadi desa wisata. Keberadaannya sebagai desa wisata itu muncul berkat lokasi wisata hutan pinus.

Meski demikian Made juga mengingatkan, untuk menjadi desa wisata harus dipenuhi beberapa kriteria, diantaranya pengelolaan wisatanya harus dikelola lembaga masyarakat desa. Bisa karang taruna. Untuk kriteria yang satu ini sudah memenuhi syarat.

Namun masih banyak kriteria Desa Sumber Putih, agar bisa masuk sebagai desa wisata. ‘’Amenitasnya sebagai lokasi wisata juga menentukan. Nah, Pemda akan memberikan dorongan serta bantuan pelatihan agar Desa Sumber Putih bisa menjadi desa wisata. Tidak ada salahnya, mereka bisa belajar juga dari desa wisata seperti Pujon Kidul atau Gubugklakah,’’ kata Made.

Sumber : jawapos.com

Tanggal : 17 Mei 2017