Perhutani Jambore Reenactors 2019, Reka Ulang Perang Dunia ke-2 di Puncak Bintang |

BANDUNG UTARA, PERHUTANI (22/07/2019) | Puluhan anggota reenactors dari berbagai daerah hadiri Jambore Reenactors 2019 di kawasan wisata Puncak Bintang Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Arcamanik, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Manglayang Barat, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bandung Utara, Sabtu (20/07).

Dalam kegiatan tersebut digelar reka ulang sejarah pertempuran tiga negara besar dalam Perang Dunia ke-2 yang menyedot perhatian pengunjung.

Terpisah, Administratur Perhutani KPH Bandung Utara, Komarudin menerangkan sebagai sarana edukasi hutan KPH Bandung Utara memiliki bentang alam dan hutan yang alami. Ekosistem hutan relatif tetap dari zaman dahulu kala. Komarudin berpesan agar semua lapisan masyarakat membantu Perhutani dalam melestarikan hutan dan alam. Banyak ilmu dan pesan-pesan alam yang dapat digali di hutan.

“Kaitannya dengan Jambore Reenactors kami sangat mendukung kegiatan tersebut sebagai bentuk edukasi sejarah kepada masyarakat. Kegiatan ini seolah membawa nostalgia peserta maupun pengunjung saat Perang Dunia. Semoga kita mampu mewariskan hutan yang baik untuk generasi penerus,” ungkap Komarudin.

Koordinator Panitia Jambore Reenactors 2019, Sandi Firdaus atau yang akrab disapa Sandi Maung mengatakan jambore ini diikuti para anggota reenactors dari berbagai daerah seperti Depok, Bogor, Jakarta, Magelang, Malang, Kalimantan dan hampir semua daerah lainnya kecuali Papua. Karena komunitas ini berangkat dari hobi reka ulang sejarah, dalam jambore kali ini digelar reka ulang sejarah pertempuran pasukan Amerika dengan Jerman dan Inggris.

“Reka ulang ini dibuat semirip mungkin terutama mengenai atribut, jadi tidak sembarangan. Mulai dari seragam, peralatan tempur dan lainnya,” ungkapnya.

Sandi menuturkan pihaknya selalu memilih kawasan hutan Perhutani dalam setiap kegiatan, karena hutannya tidak “bocor” atau terdapat pohon khas asia seperti pisang. Dominasinya hutan pinus sesuai dengan kondisi hutan di berbagai belahan dunia lainnya. Sehingga, cocok untuk dijadikan lokasi reka ulang sejarah. (Kom-PHT/Bdu/Ren)