TRIBUNNEWS.COM. NGAMPRAH – Kopi arabika asal Kabupaten Bandung Barat (KBB) berhasil menembus pasar Timur Tengah. Bahkan setiap tahunnya, sudah puluhan ton kopi arabika asal KBB yang diekspor ke beberapa negara di Timur Tengah.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) KBB, Ida Nurhamida, mengatakan sejak beberapa tahun terakhir KBB terus konsisten memasok kopi jenis arabika untuk pangsa pasar Timur Tengah.
Selain Timur Tengah dan pasar dalam negeri, terdapat beberapa negara lain yang menjadi tujuan ekspor kopi arabika KBB di antaranya Jerman, Tiongkok, Singapura, dan Korea Selatan.
“Saat ini kami juga sedang menjajaki untuk ekspor ke Amerika (Serikat). Untuk tahap pertama minimal satu kontainer atau sekitar 18 ton,” kata Ida saat ditemui di Ngamprah, Senin (26/5).
Dijelaskan Ida, produksi kopi jenis arabika di KBB terbilang besar. Bahkan bila dibandingkan kopi jenis robusta, produksi kopi arabika hampir dua kali lipatnya. Setiap tahunnya, rata-rata petani kopi di KBB mampu memproduksi hampir 600 ton kopi arabika. Sedangkan produksi kopi robusta hanya 369 ton per tahun.
Melimpahnya produksi kopi arabika asal KBB, karena luasnya areal perkebunan kopi jenis arabika. Berdasarkan data Distanbunhut KBB hingga 2009, luas lahan perkebunan kopi arabika mencapai 1.537,3 hektare. Sedangkan perkebunan kopi jenis robusta hanya 487 hektare.
“Lahan kopi arabika tersebar di sejumlah kecamatan seperti Lembang, Gununghalu, Cikalongwetan, Cililin, dan Rongga,” ujar Ida.
Salah satu kenis kopi arabika yang tersohor dan menjadi andalan KBB adalah java preanger specialty. Mayoritas petani kopi KBB, menanam kopi jenis ini. Selain rasanya yang sangat nikmat, kopi jenis ini memiliki nilai ekonomis tinggi karena harganya sangat menggiurkan.
“Harganya bisa mencapai Rp 1 juta per kilogramnya,” katanya.
Produksi kopi arabika KBB, menurutnya, masih sangat mungkin ditingkatkan. Dari total luas lahan hutan rakyat yang mencapai 12 ribu hektare, sebagian besar belum ditanami kopi.
Lahan yang potensial untuk ditanami kopi adalah lahan Perhutani KPH Bandung Utara dan KPH Bandung Selatan. Setidaknya, ada sekitar 700 hektare lahan yang bisa dimanfaatkan untuk ditanami kopi. “Makanya saya terus berbicara dengan Perhutani untuk pengembangan areal perkebunan kopi ini. Kira-kira berapa hektar lahan yang bisa ditanami. Supaya bisa memberdayakan masyarakat sekitar hutan,” ujar Ida. (zam)
Sumber : www.tribunnews.com
Tanggal : 27 Mei 2014