SARADAN, PERHUTANI (23/03/2019)  | Sebanyak 90 orang dari Kelompok Tani Hutan Rakyat (KTHR) melakukan study banding budidaya tanaman porang di Desa Klangon Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun yang dikelola oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Pandan Asri, Jum’at (22/03).

Rombongan tersebut terdiri dari 8 orang tenaga Penyuluh dari Dinas Kehutanan Kabupaten Mojokerto, 22 orang KTHR dari Kabupaten Jombang dan 6 orang KTHR dari Kabupaten Nganjuk yang didampingi oleh Sri Isniningsih selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Kabupaten Nganjuk.

Dalam kunjungan tersebut, KTHR banyak belajar tentang teknik budidaya tanaman porang, dimulai dari kegiatan pembuatan bibit yang berasal dari biji, bintil maupun dari umbi, cara pemeliharaan, pemanenan hingga pemasarannya.

Administratur Perhutani KPH Saradan Noor Rochman dalam sambutannya menyampaikan, rasa terima kasih atas kunjungan peserta study banding porang dari KTHR Kabupaten Nganjuk dan Jombang serta tim Penyuluh dari Dinas Kehutanan Kabupaten Mojokerto. “Semoga ilmu yang didapat dari studi banding ini dapat bermanfaat dan bisa dikembangkan di daerahnya masing-masing”,ungkapnya.

Dia menjelaskan bahwa luas hutan yang menjadi pangkuan Desa Klangon ini seluas 1.394,3 ha, namun yang dimanfaatkan untuk tanaman porang baru sekitar 254 ha dengan jumlah anggota LMDH Pandan Asri yang terlibat dalam budidaya porang sebanyak 357 orang. “Jika dirata-rata maka setiap anggota memiliki bagian lahan seluas 0,7 ha”, terang Noor Rochman.

Sementara Didik Kuswandi selaku Kepala Desa Klangon yang merangkap sebagai Ketua LMDH Pandan Asri menerangkan kepada peserta studi banding bahwa Porang di Desa Klangon mempunyai prospek yang sangat menjanjikan karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan terbukti dapat memberikan tambahan penghasilan.

Menurut dia harga porang ini sangat bagus rata-rata per kilogram Rp 8.500,-, bahkan tahun kemarin hasil panen porang bisa tembus sepuluh ribu rupiah per kg nya. “Setiap hektar tanaman porang ini bisa panen sebanyak 3 ton, jika setiap warga memiliki lahan 0,7 ha maka mereka bisa panen sebanyak 2,1 ton, atau sekali panen jika dijual Rp. 8.500,- bisa menghasilkan tambahan penghasilan sebanyak Rp 17 juta lebih”, imbuhnya.

Ditempat yang sama Sri Isniningsih mengatakan, kegiatan studi banding ini sangat positif, kedepan dapat dikembangkan di wilayah Kabupaten Nganjuk, Jombang dan Mojokerto. “Budidaya tanaman porang selain menguntungkan, juga membuat masyarakat dapat menjaga tegakan pohon, karena porang tidak membutuhkan sinar matahari yang terlalu banyak”, jelasnya. (Kom-PHT/Srd/Swn)

Editor : Ywn

Copyright©2019